COTOH LAPORAN OBSERVASI BIMBINGAN DAN KONSELING



LAPORAN OBSERVASI PELAKSANAAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI MTS SUDIRMAN TRUKO





Oleh :
Istiqomah
7101413353
Pendidikan Ekonomi





FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Rombel 75 / No. Presensi 34
2015


KATA PENGANTAR
Puji dan syukur yang tak terhingga penulis panjatkan kehadirat Illahi Rabbi, atas berkah, rahmat, karunia dan hidayah-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah  ini.
Adapun tujuan disusunnya laporan observasi ini ialah sebagai salah satu agenda kegiatan akademis yang harus ditempuh oleh setiap mahasiswa/mahasiswi dalam menyelesaikan studi di tingkat perkuliahan semester tiga, adapun laporan observasi yang disusun ini berdasarkan observasi di MTs SUDIRMAN TRUKO.
 Dalam proses penyusunan laporan observasi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan, dukungan, serta do’a dari berbagai pihak, oleh karena itu izinkanlah didalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dengan penuh rasa hormat serta dengan segala ketulusan hati kepada:
1.  Kedua orang tua, yang senantiasa mendukung dan selalu mendo’akan penulis didalam menempuh pendidikan ini.
2. Bapak Sugiyarta Stanislaus selaku dosen mata kuliah Bimbingan dan Konseling yang telah memberikan bimbingannya hingga terselesaikannya laporan ini.
3. MTs SUDIRMAN TRUKO yang telah memberikan informasi dalam membantu terselesaikannya laopan observasi ini.
3. Teman-teman seperjuangan yang senantiasa memberi masukan untuk penulis untuk   menyelesakan laporan observasi ini.
Semoga Allah SWT memberikan limpahan rahmat dan hidayah bagi keikhlasan dan ketulusan atas dukungannya.
Sangatlah disadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan didalam penyusunannya dan jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan masukan baik saran maupun kritik yang kiranya dapat membangun dari para pembaca. Akhir kata semoga laporan ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi kita semua.

Semarang, 27 Mei 2015


DATAR ISI
HALAMAN COVER .....................................................................................  i
KATA PENGANTAR ....................................................................................  ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................  iii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Penugasan ............................................................  1
B.     Gambaran Deskriptif Tentang Sekolah .........................................  2
C.     Profil BK di Sekolah .....................................................................  2
D.    Perumusan Masalah Pelaksanaan BK di Sekolah ..........................  3
BAB II TEMUAN DATA
A.    Kepala Sekolah ..............................................................................  4
B.     Koordinator BK/Guru BK............................................................. 5
C.     Guru Mata Pelajaran ......................................................................  7
D.    Wali Kelas .....................................................................................  12
E.     Staf Tata Usaha .............................................................................  16
F.      Peserta Didik .................................................................................  17
BAB III  TINJAUAN PUSTAKA
A.    Pengertian Bimbngan dan Konseling............................................. 24
B.     Latar Belakang Perlunya Bimbingan dan Konseling...................... 28
C.     Fungsi Bimbingan dan Konseling .................................................  29
D.    Tujuan Bimbingan dan Konseling .................................................  32
E.     Asas-asas Bimbingan dan Konseling .............................................  35
F.      Ruang Lingkup Bimbingan dan Konseling ...................................  39
G.    Tugas dan Tanggung Jawab Personil Sekolah dalam Program Bimbingan dan Konseling           42
H.    Peran Guru dalam Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling  ..........  45
I.       Fungsi Bimbingan di Sekolah......................................................... 47
J.       Arah dan Tujuan BK di Sekolah.................................................... 50
K.    Syarat Program Bimbngan di Seklah .............................................  52
L.     Syarat bagi Seorang Pembimbing di Sekolah ................................  53
M.   Prinsip-prinsip Program Bimbingan di Sekolah .............................  55
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A.    Pelaksanaan Program BK di MTs Sudirman Truko ......................  57
B.     Peran Tenaga Pendidik terhadap Pelaksanaan BK di MTs Sudirman Truko       57
C.     Kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan BK di MTs Sudirman Truko          63
BAB V PENUTUP
A.       Simpulan Hasil Analisis dan Pembahasan   ..................................  64
B.       Rekomendasi Berdasarkan Simpulan ...........................................  65
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................  66
LAMPIRAN ...................................................................................................  67

BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Penugasan
Sebagai bagian integral dari proses pendidikan, bimbingan dan konseling (BK) memiliki fungsi dan peranan strategis. Melalui layanan BK para siswa diharapkan mampu mengenal dirinya, mengenal lingkungannya dan mempu merencanakan masa depannya. Dalam pelaksanaannya keberhasilan layanan BK sangat ditentukan oleh kerjasama yang harmonis diantara seluruh personil sekolah, baik kepala sekolah, wali kelas, maupun guru bidang studi, bahkan siswa itu sendiri. Selain itu, untuk mampu mewujudkan layanan bimbingan dan konseling kepada semua siswa program layanan dan bimbingan di sekolah perlu dikelola dengan baik. Pengelolaan layanan bimbingan dan konseling pada tiap satuan pendidikan tentulah tidak sama. Karena mereka (para guru) mengahadapi siswa yang tidak sama pula. Setiap daerah dengan kondisi sosial yang berbeda juga akan mempengaruhi bagaimana suatu program bimbingan dan konseling dikelola. Maka dari itu pengelolaan bimbingan dan konseling sangatlah diperlukan agar tujuan pemberian layanan dan bimbingan itu sendiri dapat berjalan dengan efektif dan efisien.
Observasi ini dilaksanakan guna memenuhi tugas mata kulian Bimbingan dan Konseling, dengan melakukan observsi ini diharapkan kita dapat mengetahui bagaimana pelaksanaan bimbingan dan konseling disuatu sekolah, apakah pelaksanaan bimbingan dan konseling sudah berjalan sebagaimana mestinya atau masih banyak kekurangaanya. Dengan demikian kita dapat mengetahui pelaksanaan bimbingan dan konseling secara nyata di suatu sekolah sehingga dapat dijadikan acuan atau bahan pertimbangan kita sebagai calon tenaga pendidik agar kedepannya dapat menerapkan serta melaksanakan suatu bimbingan kepada peserta didik dengan lebih baik lagi.

B.  Gambaran Deskriptif Tentang Sekolah
MTs Sudirman Truko terletak di Desa Truko, Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang 50772. MTs Sudirman Truko ini didirkan pada tanggal 23 November 1998 oleh Yayasan Pusat Ambarawa.
Kondisi lingkungan di MTs Sudirman Truko sudah tertata dengan rapi dan bersih, suasananya sejuk dan indah dipandang karena terletak di pinggir sawah dan di pedesaan. MTs Sudirman Truko ini hanya memiliki 6 kelas, yaitu 7a,b 8a,b dan 9a,b.
Dari sejak pertama kali berdiri, MTs Sudirman Truko ini hanya berganti masa pimpinan 2 kali, Kepala sekolah yang pertama yaitu Bapak Misri, kemudian pada tahun 2005 di gantikan oleh Ibu Rahmawati Amalia yang samapi saat ini masih menjabat sebagai Kepala Sekolah.
Di MTs Sudirman Truko ini memiliki 13 Tenaga Pendidik yaitu :
1.      Dra. Rahmawati Amalia
2.      Dra. Hatinurani
3.      H. Zaenuri, Amd
4.      Ikhwani
5.      Khafifudin, SPdi
6.      Drs. Dimyati
7.      Rohmat, Sag
8.      Mukhlas Safari, SPdi
9.      Lusnando Prajitu Exinova, SE
10.  Afrida Setyaningsih, SE
11.  M Nurkholis, SPdi
12.  Retno Wulandari, SP
13.  Sri Sunarni

C.  Profil BK di Sekolah
Program BK yang ada di MTs SUDIRMAN TRUKO ini sebenarnya sudah dilaksanakan dengan baik, tetapi juga masih banyak  kekurangannya. Karena program BK di sekolah ini berbeda dari sekolah sekolah lainnya, mungkin karena sekolah ini berada di daerah pedesaan sehingga pihak sekolah kurang update dalam memperhatikan tentang pelaksanaan program BK di sekolahnya. Di MTs SUDIRMAN TRUKO ini belum memiliki koordinator ataupun guru BK yang ahli dalam bidangnya, tetapi guru BK tersebut sudah mampu dalam mengatasi masalah masalah yang ada, walaupun bukan ahlinya tetapi sudah bisa menjalankan tuganya sebagi seorang guru BK dengan baik. Di MTs SUDIRMAN TRUKO ini hanya memiliki 1 guru BK yaitu Bapak Dimyati, tetapi selain itu bapak Dimyati juga menjadi guru mata pelajaran Matematika. Hal tersebut karena dari sekolah sendiri belum bisa mrekrut guru BK yang ahli dalam bidangnya karena kekurangan dana. Selain itu di MTs SUDIRMAN TRUKO ini juga belum memiliki ruangan khusus untuk BK sehingga apabila ada anak yang ingin konsultasi atau bimbingan menghadap ke guru BKnya di kantor ataupun ruang guru, hal itu karena kurangnya fasilitas dari sekolah.

D.  Perumusan Masalah pelaksanaan BK di Sekolah
1.      Seberapa penting program pelaksanaan BK di MTs Sudirman Truko?
2.      Apa saja masalah yang serimh muncul terkait program BK?
3.      Apa saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan BK?
4.      Bagaimana peran seluruh tenaga pendidik dalam pelaksanaan program BK di MTs Sudirman Truko?
5.      Sejauh manakah program BK dilaksanakan di MTs Sudirman Truko?
6.      Apa kendala-kendala yang sering dihadapi dalam pelaksanaan program BK di MTs Sudirman Truko?
7.      Apakah program BK yang di laksanakan di MTs Sudirman Truko sudah sesuai yang diharapkan?

BAB II
TEMUAN DATA/ INFORMASI DI LAPANGAN BERKENAAN PELAKSANAAN  BK

Berdasarkan hasil observasi yang saya lakukan di MTs SUDIRMAN TRUKO berkenaan dengan Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling yaitu sebagai berikut :
A.      Kepala Sekolah
Berdasarkan hasil interview saya dengan ibu Rahmawati Amalia yang menjabat sebagai kepala sekolah yaitu bahwa Pelakanaan Progam Bimbingan dan Dan Konseling di sekolah sangat penting sekali karena BK akan mengarahkan  siswa siswi bagaimana cara belajarnya, bagamana untuk bersifat sosial kepada guru atau orang tua atau masyarakat dan sebagainya. Pelayanan BK di MTs SUDIRMAN ini yang mengampu adalah guru BP/BK, dari guru BK itu sendiri sudah sampai kepada siswa siswa misalnya siswa mengalami kendala-kendala dalam kegiatan belajar mengajar itu juga dipantau oleh guru BK, dan apabila ada peserta didik yang melakukan hal-hal yang sifatnya tidak baik misalkan perkelahian atau mbolos itu juga ditangani oleh guru BK, apabila masalahnya cukup serius juga mendatangkan orang tua siswa atau bisa juga kunjungan ke rumah masing-masing siswa. Peran Kepala Kekolah dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah ini yaitu hanya sifatnya mengarahkan untuk para guru-guru dan peserta didik, jadi yang untuk guru diarahkan bagaimana cara menanganinya. Yang terlibat dalam pelaksanaan program BK di sekolah ini yang pertama yaitu Kepala Sekolah, guru BK, para guru, TU serta semua tenaga pendidik di sekolah ini. Cara kepala sekolah dalam mengkoordinasikan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling kepada semua personil sekolah  yaitu terutama ke guru BK terlebih dahulu, karena itu adalah tugas dari guru BK jadi seandainya ada masalah peserta didik yang menangani adalah guru BK tersebut, kalau guru BK sudah tidak bisa mengatasinya baru diserahkan ke Kepala Sekolah. Kegiatan-kegiatan bimbingan dan konseling MTs SUDIRMAN TRUKO ini yaitu sambil mengajar sekaligus membimbing atau mengingatkan, karena untuk guru BK masuk ke kalas-kelas itu sampai saat ini belum bisa. Sarana dan prasaran yang diperlukan dalam program BK ini masih banyak kekurangan, karena belum ada ruangan khusus untuk guru BK, selain itu juga guru BK disekolah ini tidak sesuai dengan bidangnya tetapi sudah mempunyai kemapuan untuk menangani masalah masalah yang ada. Masalah yang sering muncul dari peserta didik di sekolah ini banyak sekali seperti perkelahian yang sifatnya sedang-sedang, keterlambatan, tetapi siswa yang mbolos di sekolah ini sangat sedikit. Prosedur penanganan siswa yang bermasalah atau teribat kasus di sekolah yaitu yang pertama lewat guru yag mengetahui, kemudian melapor ke guru BK kemudian baru ke Kepala Sekolah. Kepala Sekolah belum pernah menangani peserta didik yang dialih tangankan oleh guru BK karena tidak mampu menangani, karea guru BK sudah mampu menangani masalah tersebut. Dalam pelaksanaan BK ini sekolah juga bekerja sama dengan instansi lain seperti kepolisian dan kelurahan. Di sekolah ini tidak ada faktor penghambat dalam pelaksanaan BK untuk menaggulangi kenakalan atau masalah siswa. Dalam pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah ini sudah tidak ada kekurangan, karena peserta didik masalahnya masih ringan dan mudah ditangani. Saran terhadap pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah ini agar kedepannya bisa lebih baik yaitu agar guru BP/BK bisa menyelami atau memahami dari karakter si peserta didik di MTs ini.

B.  Koordinator BK / Guru BK
Pada MTs Sudirman Truko ini hanya memiliki 1 Guru BK dan tidak ada Koordinator Guru BK nya, jadi Guru BK tersebut sekaligus menjadi koordinatornya juga.
Berdasarkan hasil interview saya dengan bapak Dimyati yang menjabat sebagai guru BK di Mts Sudirman Truko ini yaitu beliau menjabat sebagai guru BK sejak tahun 2010. Dalam suatu sekolah perlu adanya BK karena untuk membantu siswa dalam menyelelesaikan berbagai masalah baik terkait akademik maupun diluar akademiknya. Cara dalam memberikan layanan Bimbingan dan Konseling kepada seluruh peserta didik yaitu dengan memberikan nasehat-nasehat serta motivasi kepada peserta didik agar dalam proses belajar mengajar bisa menumbuhkan semangat siswa, selain itu apabila ada peserta didik yang bermasalah maka membantu untuk proses penyelesaiannya. Yang teribat dalam pelaksanaan program Bimbingan dan Konseling adalah semua tenaga pendidik di sekolah ini tanpa terkecuali mulai dari guru BK sendiri, kepala sekolah, guru mata pelajaran, wali kelas, TU dan semua yang bekerja di sekolah ini. Faktor yang menunjang pelaksanaan BK yaitu salah satunya dengan instrumentasi data untuk mengumpulkan informasi tentang peserta didik, selain tu juga melakukan kunjungan rumah kepada siswa siswa yang mempunyai masalah terkait akademik taupun diuar akademik. Masalah yang sering muncul di sekolah terkait BK yaitu tidak memakai pakaian sesuai dengan aturan, mbolos dan bertengkar antar teman. Prosedur penanganan peserta didik yang bermasalah atau terlibat dalam kasus yaitu guru BK memberi nasehat dan pengarahan, apabila hal itu belum dapat menyelesaikannya maka lapor kepada kepala sekolah kemudian biasanya kepala sekolah merekomendasikan untuk memanggil orang tuanya, apabila orang tua tidak datang maka akan melakukan kunjungan rumah. Sebenarnya tidak ada faktor penghambat dalam pelaksanaan BK karena kenakalan peserta didik pasti dapat teratasi dengan baik, tetapi kendalanya yaitu pihak sekolah belum menyediakan ruangan khusus untuk BK.  Kegiatan-kegiatan BK disekolah belum terorganisir tetapi langsung diterapkan melalui wali kelas dan juga guru mata pelajaran. Kegiatan pendukung yang dilakukan dalam memberikan pelayaan Bimbingan dan Konseling di sekolah yaitu bekerja sama dengan seluruh guru. Pelayanan BK di sekolah ini sudah baik dan semua masalah ataupun kasus yang pernah ada dapat terselesaikan dengan baik. Selain guru BK ada pihak lain dari warga sekolah yang berperan dalam pelaksanaan pelayanan BK, contohnya guru pada saat guru melihat peserta didik yang melakukan hal buruk maaka akan menasehatinya, TU untuk membantu membuat surat kepada orang tua siswa yang terkena kasus dll. Guru mata pelajaran di sekolah ini dlibatkan dalam pengentasan masalah dari siswa, terutama masalah yang berkaitan dengan masalah akademiknya. Cara untuk mengevaluasi proses dan hasil dari kegiatan layanan bimbingan dan konseling di sekolah ini yaitu dengan mendata dan melihat masalah-masalah apa saja yang sering muncul sehingga guru BK bisa memperbaikinya lebih baik lagi kedepannya. Keberhasilan yang telah dicapai BK di sekolah ini dalam menaggulangi kenakalan peserta didik yaitu sudah sangat baik, karena selama ini masalah dan kasus yang ada dapat terseleseaikan dengan baik.
       
C.      Guru Mata Pelajaran
Hasil wawancara dengan 5 guru mata pelajaran memiliki cara-cara tersendiri dalam membantu pelaksanaan BK disekolah yaitu sebagai berikut :
1.    Berdasarkan hasil interview saya dengan bapak Lusnando Prajitu Exinova sebagai guru TIK yaitu dalam mengampu mata pelajaran TIK ini pasti ada kendala-kendala yang sering dihadapi terutama sumber dana dari anak-anak itu sendiri mungkin belum mampu untuk membeli perangkat yang menunjang proses belajar mengajar. Dalam suatu sekolah perlu diadakan BK karena kalau tidak ada bimbingan dan konseling anak-anak bisa melakukan hal-hal seenaknya saja atau menyimpang. Masalah yang sering muncul terkait BK yaitu yang lebih kompleks saat ini itu kenakan remaja, karena anak-anak lebih suka menyalurkan emosinya, tetapi menut beliau hal tersebut tidak pas untuk dilakukan seperti misalnya balap motor, kelyuran malam, itu merupakan hal yang tidak baik. Kegiatan-kegiatan bimbingan dan konseling dari sekolah ini yaitu penanganan kepada anak-anak yang nakal. Guru BK disini juga memberikan motivasi kepada anak-anak terutama bukan masalah belajar tetapi memberikan arahan bagaimana jalan yang lurus. Pelayanan bimbingan dan konseling di MTs Sudirman Truko ini hanya sebatas penaganan kepada siwa yang bermasalah itu saja dan belum sampa lebih. Pada umumnya guru mata pelajaran dalam berperan membantu program Bk ini yaitu membimbing, jadi beban untuk membimbing anak itu bukan hanya guru BK saja, tetapi semua guru. Karena guru juga membimbing, membina dan mengarahkan anak-anak menjadi lebih dewasa baik pola pikirnya, mentalnya dan perilakunya. Guru mata pelajaran juga menyampaikaan informasi tentang tujuan serta manfaat BK, walaupun porsinya tidak terlalu besar tetapi itu juga di ingatkan kepada anak-anak. Strategi yang disiapkan guru mata pelajaran dalam menyelesaikan masalah anak yang mempunyai daya tangkap rendah dan tinggi yaitu menurut beliau kepandaian seorang anak itu sudah takdir, tetapi untk melakukan pendekatan itu bisa memberikan makna kepada siswa bahwa belajar itu adalah suatu kesenagan. Jika sudah menanamkan kesenangan kepada anak maka anak akan senag dengan kehadiran guru dan mata pelajarannya kemudian untuk menumbuhkan rasa belajar untuk menumbuhkan prestasi yang baik itu tidak mustahil. Yang terpenting adalah belajar dan bekerja dengan rasa cinta. Tentunya dengan kerjasama antara guru mata pelajaran dan guru BK seperti contohnya dalam menagani masalah pasti guru mata pelajaran juga dilibatkan tetapi yang berkewenagan penuh yaitu guru BK. Menurut beliau siswa yang mempunyai masalah tidak perlu meninggalkan kelas untuk menemui guru BK tetapi bisa setelah pelajaran selesai baru anak menghadap guru BK. Sebagai guru mata pelajaran juga dilibatkan dalam pengentasan masalah siswa, karena guru utamanya juga mendapat amanah tanggung jawab dari orang tua siswa jadi guru wajib membantu siswa dalam menyelesaikan masalahnya.
2.    Berdasarkan hasil interview saya dengan bapak Rohmat sebagai guru Matematika yaitu dalam mengampu mata pelajaran Matematika ini masih ada kendala-kendala yang sering dihadapi seperti anak yang tidak mengerjakan tugas serta sulit dalam menerima materi. Dalam suatu sekolah perlu diadakan BK karena dengan adanya pelayanan BK ini dapat membantu siswa dalam menyekesaikan masalahnya. Masalah yang sering muncul terkait BK yaitu keterlambatan, mbolos, pekelahian antar teman. Kegiatan-kegiatan bimbingan dan konseling dari sekolah yaitu membantu siswa dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Pelayanan bimbingan dan konseling di MTs Sudirman Truko ini sudah baik karena masalah yang dihadapi siswa masih ringan-ringan. Guru mata pelajaran dalam berperan membantu program BK yaitu membimbing serta mengarahkan siswanya agar tidak melakukan hal-hal yang tidak selayaknya dilakukan. Guru mata pelajaran juga menyampaikaan informasi tentang tujuan serta manfaat BK,penyampaian tersebut memang tidak berkala tetapi lebih memberikan pengarahan-pengarahan kepada siwa. Strategi yang disiapkan guru mata pelajaran dalam menyelesaikan masalah anak yang mempunyai daya tangkap rendah dan tinggi yaitu dengan memberikan materi secara pelan-pelan agar semua siswa dapat memahaminya, dan menugaskan siswa untuk bekerja kelompok di luar kelas tujuannya agar siswa yang pintar bisa mengajari siswa yang lainya. Antara guru mata pelajaran dan guru BK itu juga saling bekerja sama agar siswa dapat melakukan proses belajar mengajar dengan bak. Siswa yang mempunyai masalah tidak harus meninggalkan kelas untuk menemui guru BK, karena waktu untuk belajar ya harus digunakan untuk belajar, jika ada masalah lan bisa menemui guru BK di luar jam pelajaran. Sebagai guru mata pelajaran juga dilibatkan dalam pengentasan masalah siswa, karena tugas guru tidak hanya sekedar mendidk tetapi juga membimbing siswa ke arah yang lebih baik.
3.    Berdasarkan hasil interview saya dengan bapak Zaenuri sebagai guru Penjaskes yaitu dalam mengampu mata pelajaran Penjaskes ini masih banyak kendala-kendala yang sering dihadapi yaitu terkadang siswa masih kesusahan dalam melakukan praktek, yang sering yaitu metode yang digunakan keliru-liru. Dalam suatu sekolah sangat perlu diadakan BK karena dengan adanya BK ini lebih memudahkan seluruh pihak sekolah untuk menghadapi siswa yang bermasalah. Masalah yang sering muncul terkait BK di MTs Sudirman Truko ini hanya mbolos dan perkelahian antar siswa saja karena di sekolah ini anak-anaknya masih nurut-nurut. Kegiatan-kegiatan bimbingan dan konseling dari sekolah ini yaitu mengupayakan agar sekolah bisa memberikan pelayanan terbaik bagi siswa. Pelayana BK BK di sekolah ni sudah maksimal tetapi hanya saja kurang adanya sarana dan prasarana yang mendukung. Sebagi guru mata pelajaran peran yang dilakukan yaitu dengan memberikan materi sesuai dengan yang dibutuhkan siwa dan ilmu-ilmu yang itu berguna bagi siswa juga menasehati dan memberikan dorongan-dorongan untuk siswa. Sebagai guru mata pelajaran juga menyampaikaan informasi tentang tujuan serta manfaat BK hanya saja sifatnya memberi arahan-arahan kepada siswa. Strategi yang disiapkan sebagai guru mata pelajaran dalam menyelesaikan masalah anak yang mempunyai daya tangkap rendah dan tinggi yaitu dengan melakukan pendekatan dan lebih sering ditanya agar tidak ketinggalan seperti yang lainnya. Kerjasama antara guru mata pelajaran dan guru BK pastinya ada karena antar guru memang diharapkan bisa bekerjasama antara guru yang satu dengan yang lainnya. Siswa yang mempunyai masalah tidak perlu meninggalkan kelas untuk menemui guru BK, karena hal tersebut jika dilakukan bisa mempengaruhi siswa lain dan bisa membuat gaduh karena bnyak siswa yang bertanya-tanya tentang hal tersebut. Sebagai guru mata pelajaran juga dilibatkan dalam pengentasan masalah siswa, karena tidak hanya guru BK saja yang mempunyai wewenang tersebut tetapi juga seluruh guru termasuk guru mata pelajaran.
4.    Berdasarkan hasil interview saya dengan bapak Ikhwani sebagai guru Bahasa Arab yaitu dalam mengampu mata pelajaran Bahasa Arab ini tidak begitu mengalami kendala karena masalah siswa masih sedang-sedang saja. Dalam suatu sekolah perlu sekali diadakan program BK karena progam tersebut sangat membantu sekali terutama untuk mengentaskan siwa dari masalah dan kasus. Masalah yang sering muncul terkait BK di sekolah ini dirasanya tidak begitu berat paling mbolos itu saja hanya beberapa siswa saja dan pertengkaran antar teman. Kegiatan BK disini yaitu memberikan pelayanan bagi siswa yang membutuhkan tidak hanya siswa yang bermasalah saja tetapi juga yang ingi berkonsultasi, tatapi kenyataan yang dilihatnya hanya siswa yang bermasalah saja yang menemui BK. Pelayanan bimbingan dan konseling di MTs Sudirman Truko ini sudah cukup baik. Sebagai guru mata pelajaran dalam berperan membantu program BK ini yaitu ikut serta membimbing dan memberikan nasehat kepada siwa. Untuk  menyampaikaan informasi tentang tujuan serta manfaat BK, dirasanya itu belum karena yang lebih engetahui adalah guru BK. Strategi yang disiapkan sebagai guru mata pelajaran dalam menyelesaikan masalah anak yang mempunyai daya tangkap rendah dan tinggi menurut beliau yaitu dengan memberikan tugas tambahan bagi siswa yang memiliki nilai di bawah rata-rata, dengan tujuan agar siswa lebih banyak lagi waktu belajar di luar kelas jadi tidak tertinggal dengan siswa yang lain. Kerjasama antara guru mata pelajaran dan guru BK pastinya ada karena agar suatu program itu bisa berjalan dengan baik dan sukses perlu adanya suatu kerjasama. Jika ada siswa yang mempunyai masalah yang itu harus meninggalkan kelas untuk menemui guru BK karena membutuhkan layanan itu boleh saja, dari pada nanti di kelas tidak konsentrasi belajar atau bahkan mengganggu siswa lainnya. Sebagai guru mata pelajaran sudah biasa dilibatkan dalam pengentasan masalah siswa, terutama masalah akademik karena guru mata pelajaran lah yang lebih sering bertatapmuka secara langsung di bandingkan dengan guru BK.
5.    Berdasarkan hasil interview saya dengan bapak Khafifudin sebagai guru Aqidah Akhlak yaitu dalam mengampu mata pelajaran Aqidah Akhlak ini pastinya masih ada kendala-kendala yang sering dihadapi seperti siswa yang tidak fokus ke pelajaran, ada yang ngobrol sendiri itu yang sering terjadi. Dalam suatu sekolah sangat diperlukan adanya program BK karena dengan BK tersebut anak bisa berkonsultasi tentang masalah yang dihadapinya atau meminta solusi serta saran yang dibutuhkan oleh siswa. Masalah yang sering terjadi terkait dengan BK yaitu siswa memakai pakaian yang tidak sesuai aturan dan pertengkaran yang bersifat ringan. Kegiatan BK disini yaitu membantu siswa yang membutuhkan pelayanan. Pelayanan bimbingan dan konseling di MTs Sudirman Truko ini sudah cukup bagus hanya saja kurang terorganisir. Peran  guru mata pelajaran dalam membantu program BK ini yaitu mengingatkn siswa yang berperilaku melaggar aturan, medidik serta membimbing. Sebagai guru mata pelajaran untuk menyampaikaan informasi tentang tujuan serta manfaat BK belum dilakukan, tetapi untuk mengarahkan itu sudah dilakukan. Strategi yang disiapkan guru mata pelajaran dalam menyelesaikan masalah anak yang mempunyai daya tangkap rendah dan tinggi yaitu dengan memberi motivasi belajar agar siswa tidak bermalas-malasan, karena dengan tekun dan rajin pasti akan mampu memahami materi yang diberikan karena semua siswa itu sama hanya saja mungkin butuh proses yang lebih. Kerjasama antara guru mata pelajaran dan guru BK itu sangat diperlukan, karana jia siswa tidak mau melakukan bimbingan maka dibantu guru mata pelajaran, karena guru mata pelajaran lebih dekat dengan siswanya. Menurut beliau siswa yang mempunyai masalah tidak perlu meninggalkan kelas untuk bimbingan karena bimbingan bisa dilakukan setelah pelajaran selesai. Sebagai guru mata pelajaran juga dilibatkan dalam pengentasan masalah siswa, karena guru BK juga membutuhkan informasi-informasi dari guru mata pelajaran terkait siswa, dan membantu membimbing siswa tersebut.
D.      Wali Kelas
Hasil wawancara dengan 4 wali kelas yang memiliki cara-cara tersendiri dalam membantu pelaksanaan program BK disekolah yaitu sebagai berikut :
1.    Berdasarkan hasil interview saya dengan Ibu Afrida Styaningih sebagai wali kelas 7b di MTs Sudirman Truko yaitu selama menjadi wali kelas itu banyak kendala yang dihadapi karena bermacam-macam murid itu memiliki kepribadian yang berbeda-beda, ada yang rajin ada yang malas, ada yang nakal, yang pasti kebanyakan orang tua di sekolah ini banyak yang beerja di luar negeri jadi siswa kurang mendapat perhatian, karena ada beberapa siswa yang tinggal bersama neneknya. Dalam suatu sekolah itu perlu sekali diadakan program BK karena dengan adanya BK bisa tau apa sih yang terjadi seandaina ada siswa yang bermsalah bisa mengetahui masalahnya apa, bagaimana solusinya, misalnya ada masalah dari rumah yang dibawa ke sekolah kemudian menjadi beda dengan hari-hari biasanya itu perlu dipertanyakan, jadi dengan adanya guru BK itu bisa melakukan bimbingan, serta bisa membantu menyelesaikan masalah baik masalah dirumah, disekolah atapun dengan teman-temannya dikelas. Program bimbingan dan konseling bagi siswa bisa dikatakan sangat penting tatapi kalau dibilang tidak penting ya penting. Masalah yang sering muncul di sekolah ini terkait BK yaitu siswa membolos, dan ada hubungannya dengan siswa dikelas misalnya tidak sengaja senggolan kemudian marah, terus berkelahi. Kegiatan BK dari sekolah yaitu seperti kunjungan ke rumah, kemudian melakuan pembicaraan langsung dengan orang tua. Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah ini sudah bagus karena selain dari siswa, guru, atau teman di kelas juga berhubungan dengan orang tua siswa jadi sagat bagus. Peran sebagai wali kelas dalam pelaksanaan program BK di sekolah yaitu dengan ikut serta berkunjung ke rumah orang tua siswa. Sebagai wali kelas juga menyampaikan informasi terkait tujuan dan manfaat program BK bagi siswa, hal itu sering disampaikan, misalnya ada masalah apapun siswa diarahkan untuk curhat kepada wali kelas, karena anak lebih dekat dengan wali kelas sendiri dibandingka dengan guru lain. Terdapat kerjasama antara wali kelas dengan guru BK mengenai pengidentifikasian siswa yang mempunyai masalah yang membutuhkan layanan karena dengan adanya kerjasama tersebut dapat menyelesaikan masalah tersebut. Wali kelas memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada siswa yang membutuhkan pelayanan BK. Sebagai wali kelas juga dilibatkan dalam pengentasan masalah siswa, biasanya di arahkan ke guru BK kemudian di laporkan ke kepala sekolah untuk meminta solusi, biasanya dirundingkan terlebih dahulu. Sebagai wali kelas tidak pernah menangani siswa yang di alih tangankan oleh guru BK karena tidak mampu menangani masalah dari siswa tersebut, karena selalu bekerjasama dalam menangani suatu masalah. Pelayanan program BK di sekolah ini masih terdapat kekurangan yaitu untuk ruang BK itu sendiri belum memiliki ruangan khusus. Saran sebagai wali kelas terkait pelayanan BK di sekolah ini agar kedepannya bisa menjadi lebih baik yaitu bisa mendapat guru BK yang ahli dibidangnya serta mendapat ruangan khusus BK.
2.    Berdasarkan hasil interview saya dengan Ibu Retno Wulandari sebagai wali kelas 7a di MTs Sudirman Truko yaitu selama menjadi wali kelas  banyak kendala yang dihadapi terutama dalam memahami karakter siswa belum begitu paham. Dalam suatu sekolah itu sangat penting sekali diadakan program BK karena untuk memberikan araham kepada siswa terutma kelas 9 yang ingin melanjutkan ke jenjang selanjutnya agar lebih mantap dalam memilih sekolah dan jurusan. Masalah yang sering muncul di sekolah terkait BK yaitu siswa membolos, dan pertengkaran sesama teman. Kegiatan BK yang dilakukan yaitu untuk membantu siswa dalam mengentaskan masalah siswa.. Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah ini sebenarnya sudah bagus, tetapi hanya kurang sarana dan prasarananya. Peran sebagai wali kelas dalam pelaksanaan program BK di sekolah yaitu dengan membantu proses penyelesaian masalah yang dimiliki siswa serta membimbing siswa agar bersikap saling menghormati guru bahkan teman sekalipun. Sebagai wali kelas juga menyampaikan informasi terkait tujuan dan manfaat program BK bagi siswa. Terdapat kerjasama antara wali kelas dengan guru BK mengenai pengidentifikasian siswa yang mempunyai masalah yang membutuhkan layanan karena dengan adanya kerjasama masalah akan lebih mudah terselesaikan. Wali kelas memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada siswa yang membutuhkan pelayanan BK. Sebagai wali kelas juga dilibatkan dalam pengentasan masalah siswa, terutama dalam memberikan nasehat serta pengarahan yang pertama menangani adalah wali kelas. Sebagai wali kelas tidak pernah menangani siswa yang di alih tangankan oleh guru BK karena masalah yang dihadapi siswa masih ringan-ringan saja. Pelayanan program BK di sekolah ini masih terdapat kekurangan yaitu gurunya dan sarana prasarananya. Saran sebagai wali kelas terkait pelaksanaan BK di sekolah ini agar kedepannya bisa menjadi lebih baik yaitu sekolah mencari guru BK yang ahli dibidangnya agar BK di sekolah ini lebih baik lagi.
3.    Berdasarkan hasil interview saya dengan Bapak Mukhlas sebagai wali kelas 8b di MTs Sudirman Truko yaitu dalam suatu sekolah itu perlu diadakan program BK karena ketika anak tidak bisa fokus dalam belajar guru BK bisa menagani, karena tidak hanya anak yang bermasalah saja yang menghadap ke BK tetapi anak yang pintar pun juga punya masalah dan harus berkonsultasi dengan guru BK Sebagai bimbingan karir. BK juga penting bagi siswa, karena setiap siswa pasti mempunyai masalah, seperti masalah belajar dan itu perlu berkonsultasi dengan guru BK. Masalah yang sering muncul di sekolah terkait BK yaitu  kenakalan anak yang mungkin kenakalan itu karena kurangnya perhatian dari keluarga kemudian track-track an dengan teman-teman geng motor. Kegiatan BK dari sekolah itu belum signifikan. Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah ini belum begitu baik karena guru BK muncul ketika anak sedang bermasalah saja. Peran sebagai wali kelas dalam pelaksanaan program BK di sekolah yaitu memberikan bimbingan kepada siswa dan melakukan pendekatan ke siswa agar siswa semakin dekat dengan wali kelasnya. Kerjasama antara wali kelas dengan guru BK belum begitu erat, wali kelas lebih sering bekerja sama dengan guru mata pelajaran. Wali kelas memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada siswa yang membutuhkan pelayanan BK. Sebagai wali kelas juga dilibatkan dalam pengentasan masalah siswa.. Selama menadi wali kelas tidak pernah menangani siswa yang di alih tangankan oleh guru BK karena masalah pasti dapat terselesaikan. Pelayanan program BK di sekolah ini masih ada kekurangan seperti belum sesuai antara tugas BK aslinya dengan anggapan-anggapan para siswa. Saran sebagai wali kelas terkait pelaksanaan BK di sekolah ini agar kedepannya bisa menjadi lebih baik yaitu BK tidak dipandang sebagai sarana orang-orang yang bermasalah saja, karena BK adalah layanan bimbingan bagi semua siswa tanpa terkecuali.
4.    Berdasarkan hasil interview saya dengan Bapak M Nurkholis sebagai wali kelas 9a di MTs Sudirman Truko yaitu dalam suatu sekolah itu sanagt perlu sekali diadakan program BK karena BK termasuk gerbang siswa dalam memecahkan masalah serta melakukan bimbingan serta arahan kedepannya yang harus dilakukan oleh siswa. Masalah yang sering muncul di sekolah terkait BK yaitu membolos dan kenakalan anak. Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah ini sudah baik, tetapi dalam pelaksanaannya juga masih banyak terdapat kekurangan karena guru BK hanya mendatangi siswa yang terlibat kasus. Peran sebagai wali kelas dalam pelaksanaan program BK di sekolah yaitu membantu mengantarkan siswa kedepannya, jika siswa membuuhkan bantuan untuk konsultasi, bisa dengan wali kelas kemudian wali kelas memberikan motivasi serta mendorong agar bakat siswa bisa tersalurkan. Kerjasama antara wali kelas dengan guru BK sudah terjalin, tidak hanya dengan guru B saja, tetapi juga juga dengan semua guru yang ada di MTs Sudirman Truko ini. Sebagai wali kelas harus memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada siswa yang membutuhkan pelayanan BK. Selan itu wali kelas juga dilibatkan dalam pengentasan masalah siswa.. Selama menjadi wali kelas tidak pernah menangani siswa yang di alih tangankan oleh guru BK karena maslah yang sulit di hadapi itu diselesaikan secara bersama-sama. Jadi tidak langsung di alih tangankan begitu saja. Saran sebagai wali kelas terkait pelaksanaan BK di sekolah ini agar kedepannya bisa menjadi lebih baik yaitu  guru BK juga harus memperhatikan siswa yang mempunyai bakat dan mengembangkannya, tidak hanya anak yang terkena masalah yang selalu dperhatikan.
E.       Staf Tata Usaha
Di MTs Sudirman Truko ini hanya memiliki 1 Staf TU jadi saya hanya wawancara dengan satu TU.
Berdasarkan hasil interview saya dengan Ibu Narni sebagai Staf Tata Usaha  di MTs Sudirman Truko yaitu Beliau menjadi staf TU sejak tahun 1993. Dalam suatu sekolah perlu diadakan program BK karena dapat membantu siswa jika siswa mengalami masalah dalam belajar atau diluar itu. Pelayanan BK sudah baik, Pelaksanaannyapun juga demikian. Pelaksanaan BK di sekolah ini bagus hanya saja kurangnya guru dan fasilitas. Sebagai staf tata usaha tugas dalam membantu kegiatan Bimbingan dan Konseling di sekolah ini yaitu membuatkan surat apabila dibutuhkan, melayani administrasi. Kerja sama yang dilakukan yaitu membantu dalam proses administrasinya saja. Pelaksanaan program BK di sekolah ini pasti ada kekuragannya. Saran mengenai Pelaksanaan program BK yaitu pertahankan dan tingkatkan.
F.       Peserta Didik
Berdasarkan angket yang saya berikan ke-9 siswa di MTs Sudirman Truko terkait pelaksanaan Bimbingan dan Konseling antara lain :
1.      Wulan Saidah 7B
Sekolah perlu diadakan program BK dan memberikan layanan konseling bagi siswa yang mengalami permasalahan agar masalah tersebut bisa terselesaikan. Layanan tersebut juga memberikan motivasi serta solusi agar belajar lebih baik, guru BK dalam memberikan pelayanan tidak harus setiap hari. Layanan Bimbinga dan Konseling di sekolah hanya hanya memberikan solusi bagi siswa yang bermasalah. Sekolah tidak harus memberikan jam khusus setiap minggu untuk layanan BK, karena sewaktu waktu jika siswa mempunyai permasalahan bisa datang ke guru BK. Sekolah hendaknya memberikan ijin kepada siswa untuk meninggalkan pelajaran disaat siswa membutuhkan bimbingan dari guru BK. Sekolah juga perlu memberikan bimbingan secara kontinue kepada siswa yang bermasalah agar masalah bisa cepat terselesaikan. Program BK perlu dijadikan sebagai program rioritas sekolah. Sekolah memerlukan lebih banyak guru pembimbing/BK dan juga ruanagan khusus utuk BK. Guru pembimbng sebenarnya menyenangkan. Tetapi proses belajar akan terhambat apabila ada guru BK. Walaupn guru BK selalu memberikan informasi yang berguna dan dapat membimbing siswanya serta diarahkan ke jurusan yang sesuai dengan kemampuan bakatnya. Bimbingan dan Konseling tidak begitu penting beda dengan belajar. BK perlu dilaksanakan dengan pendekatan yang asyik kepada siswa.
2.       M. Mahri Sani 7B
Sekolah sangat perlu diadakan program BK dan memberikan layanan konseling bagi siswa yang mengalami permasalahan agar masalah tersebut bisa terselesaikan. Layanan tersebut juga memberikan motivasi serta solusi agar belajar lebih baik, guru BK dalam memberikan pelayanan hendaknya dilakukan setiap hari. Layanan Bimbinga dan Konseling di sekolah juga memberikan solusi bagaimana cara belajar yang baik, mengarahkan siswa untuk menggali potensi yang dimiliki baik di bidang prestasi belajar, keterampilan maupun kesenian.. Sekolah tidak harus memberikan jam khusus setiap minggu untuk layanan BK, karena sewaktu waktu jika siswa mempunyai permasalahan bisa datang ke guru BK. Sekolah juga tidak perlu memberikan ijin kepada siswa untuk meninggalkan pelajaran disaat siswa membutuhkan bimbingan dari guru BK. Sekolah tidak harus memberikan bimbingan secara kontinue kepada siswa yang bermasalah. Program BK perlu dijadikan sebagai program prioritas sekolah. Sekolah tidak memerlukan lebih banyak guru pembimbing/BK dan juga ruanagan khusus utuk BK. Guru pembimbng sebenarnya menyenangkan. Dengan adanya guru BK  proses belajar akan semakin membantu. Karena guru BK selalu memberikan informasi yang berguna dan dapat membimbing siswanya serta diarahkan ke jurusan yang sesuai dengan kemampuan bakatnya. Bimbingan dan Konseling tidak begitu penting beda dengan belajar. Program BK seharusnya dilaksanakan dengan pendekatan yang asyik kepada siswa, agar siswa tertarik untuk selalu melakukan bimbingan kepada guru BK.
3.      Siti Rumsiyah
Sekolah sangat perlu diadakan program BK karena untuk memberikan layanan konseling bagi siswa yang mengalami permasalahan agar masalah tersebut bisa terselesaikan. Layanan tersebut juga memberikan solusi agar belajar lebih baik, guru BK dalam memberikan pelayanan hendaknya dilakukan setiap hari. Layanan Bimbinga dan Konseling di sekolah juga memberikan solusi bagaimana cara belajar yang baik, mengarahkan siswa untuk menggali potensi yang dimiliki baik di bidang prestasi belajar, keterampilan maupun kesenian. Sekolah tidak perlu memberikan jam khusus setiap minggu untuk layanan BK, karena sewaktu waktu jika siswa mempunyai permasalahan bisa datang ke guru BK. Sekolah juga tidak perlu memberikan ijin kepada siswa untuk meninggalkan pelajaran disaat siswa membutuhkan bimbingan dari guru BK. Sekolah tidak harus memberikan bimbingan secara kontinue kepada siswa yang bermasalah. Program BK tidak harus dijadikan sebagai program prioritas sekolah. Sekolah tidak memerlukan lebih banyak guru pembimbing/BK tetapi perlu adanya ruangan khusus utuk BK. Guru pembimbng sebenarnya menyenangkan. Dengan adanya guru BK  proses belajar akan semakin membantu. Karena guru BK selalu memberikan informasi yang berguna dan dapat membimbing siswanya serta diarahkan ke jurusan yang sesuai dengan kemampuan bakatnya. Bimbingan dan Konseling tidak begitu penting beda dengan belajar. Program BK tidak harus dilaksanakan dengan pendekatan yang asyik kepada siswa.
4.      Sutriyono 8A
Sekolah sangat perlu diadakan program BK dan memberikan layanan konseling bagi siswa yang mengalami permasalahan agar masalah tersebut bisa terselesaikan. Layanan tersebut juga memberikan motivasi serta solusi agar belajar lebih baik, guru BK dalam memberikan pelayanan hendaknya dilakukan setiap hari. Layanan Bimbinga dan Konseling di sekolah juga memberikan solusi bagaimana cara belajar yang baik, mengarahkan siswa untuk menggali potensi yang dimiliki baik di bidang prestasi belajar, keterampilan maupun kesenian. Sekolah tidak harus memberikan jam khusus setiap minggu untuk layanan BK, karena sewaktu waktu jika siswa mempunyai permasalahan bisa datang ke guru BK. Sekolah seharusnya perlu memberikan ijin kepada siswa untuk meninggalkan pelajaran disaat siswa membutuhkan bimbingan dari guru BK. Sekolah perlu memberikan bimbingan secara kontinue kepada siswa yang bermasalah, agar masalah cepat terselesaikan. Sekolah memerlukan lebih banyak guru pembimbing/BK dan juga ruangan khusus utuk BK. Guru pembimbng sebenarnya menyenangkan. Dengan adanya guru BK  proses belajar akan semakin membantu. Karena guru BK selalu memberikan informasi yang berguna dan dapat membimbing siswanya serta diarahkan ke jurusan yang sesuai dengan kemampuan bakatnya. Bimbingan dan Konseling tidak begitu penting beda dengan belajar. Program BK seharusnya dilaksanakan dengan pendekatan yang asyik kepada siswa, agar siswa tertarik untuk selalu melakukan bimbingan kepada guru BK.
5.      Rico Ardiansah 8A
Sekolah sangat perlu diadakan program BK dan memberikan layanan konseling bagi siswa yang mengalami permasalahan agar masalah tersebut bisa terselesaikan. Layanan tersebut juga memberikan motivasi serta solusi agar belajar lebih baik, guru BK dalam memberikan pelayanan hendaknya dilakukan setiap hari. Layanan Bimbinga dan Konseling di sekolah juga memberikan solusi bagaimana cara belajar yang baik, mengarahkan siswa untuk menggali potensi yang dimiliki baik di bidang prestasi belajar, keterampilan maupun kesenian. Sekolah tidak perlu memberikan jam khusus setiap minggu untuk layanan BK, karena sewaktu waktu jika siswa mempunyai permasalahan bisa datang ke guru BK. Sekolah juga tidak perlu memberikan ijin kepada siswa untuk meninggalkan pelajaran disaat siswa membutuhkan bimbingan dari guru BK. Sekolah tidak harus memberikan bimbingan secara kontinue kepada siswa yang bermasalah. Program BK tidak perlu dijadikan sebagai program prioritas sekolah Sekolah tidak memerlukan lebih banyak guru pembimbing/BK tetapi untuk ruangan perlu disediakan. Guru pembimbng sebenarnya menyenangkan. Dengan adanya guru BK  proses belajar akan semakin membantu. Karena guru BK selalu memberikan informasi yang berguna dan dapat membimbing siswanya serta diarahkan ke jurusan yang sesuai dengan kemampuan bakatnya. Bimbingan dan Konseling tidak begitu penting beda dengan belajar. Program BK seharusnya dilaksanakan dengan pendekatan yang asyik kepada siswa, agar siswa tertarik untuk selalu melakukan bimbingan kepada guru BK.
6.      Nurul Hikmah 8B
Sekolah perlu diadakan program BK dan memberikan layanan konseling bagi siswa yang mengalami permasalahan agar masalah tersebut bisa terselesaikan. Layanan tersebut juga memberikan motivasi serta solusi agar belajar lebih baik, guru BK dalam memberikan pelayanan tidak harus dilakukan setiap hari. Layanan Bimbinga dan Konseling di sekolah juga memberikan solusi bagaimana cara belajar yang baik, mengarahkan siswa untuk menggali potensi yang dimiliki baik di bidang prestasi belajar, keterampilan maupun kesenian. Sekolah tidak harus memberikan jam khusus setiap minggu untuk layanan BK, karena sewaktu waktu jika siswa mempunyai permasalahan bisa datang ke guru BK. Sekolah juga tidak perlu memberikan ijin kepada siswa untuk meninggalkan pelajaran disaat siswa membutuhkan bimbingan dari guru BK. Sekolah tidak harus memberikan bimbingan secara kontinue kepada siswa yang bermasalah. Program BK perlu dijadikan sebagai program prioritas sekolah. Sekolah tidak memerlukan lebih banyak guru pembimbing/BK dan juga ruanagan khusus utuk BK. Guru pembimbng sebenarnya menyenangkan. Dengan adanya guru BK  proses belajar akan semakin membantu. Karena guru BK memberikan informasi yang berguna dan dapat membimbing siswanya serta diarahkan ke jurusan yang sesuai dengan kemampuan bakatnya. Bimbingan dan Konseling sangat penting sama halnya dengan belajar. Program BK seharusnya dilaksanakan dengan pendekatan yang asyik kepada siswa, misalnya permainan agar siswa tertarik untuk selalu melakukan bimbingan kepada guru BK.
7.      Kunti Salamah Zahro 9A
Sekolah sangat perlu diadakan program BK dan memberikan layanan konseling bagi siswa yang mengalami permasalahan agar masalah tersebut bisa terselesaikan. Layanan tersebut juga memberikan motivasi serta solusi agar belajar lebih baik, guru BK dalam memberikan pelayanan hendaknya dilakukan setiap hari. Layanan Bimbinga dan Konseling di sekolah juga memberikan solusi bagaimana cara belajar yang baik, mengarahkan siswa untuk menggali potensi yang dimiliki baik di bidang prestasi belajar, keterampilan maupun kesenian. Sekolah perlu memberikan jam khusus setiap minggu untuk layanan BK. Tetapi sekolah tidak perlu memberikan ijin kepada siswa untuk meninggalkan pelajaran disaat siswa membutuhkan bimbingan dari guru BK. Sekolah harus memberikan bimbingan secara kontinue kepada siswa yang bermasalah. Program BK perlu dijadikan sebagai program prioritas sekolah. Sekolah tidak memerlukan lebih banyak guru pembimbing/BK dan juga ruangan khusus utuk BK. Guru pembimbng sebenarnya menyenangkan. Dengan adanya guru BK  proses belajar akan semakin membantu. Karena guru BK selalu memberikan informasi yang berguna tetapi belum maksimal dalam mengarahkan ke jurusan yang sesuai dengan kemampuan bakatnya. Bimbingan dan Konseling tidak begitu penting beda dengan belajar. Program BK seharusnya dilaksanakan dengan pendekatan yang asyik kepada siswa, agar siswa tertarik untuk selalu melakukan bimbingan kepada guru BK.
8.      Anis Priyanti 9A
Sekolah perlu diadakan program BK dan memberikan layanan konseling bagi siswa yang mengalami permasalahan agar masalah tersebut bisa terselesaikan. Layanan tersebut juga memberikan motivasi serta solusi agar belajar lebih baik, guru BK dalam memberikan pelayanan hendaknya dilakukan setiap hari. Layanan Bimbinga dan Konseling di sekolah juga memberikan solusi bagaimana cara belajar yang baik, mengarahkan siswa untuk menggali potensi yang dimiliki baik di bidang prestasi belajar, keterampilan maupun kesenian. Sekolah perlu memberikan jam khusus setiap minggu untuk layanan BK, walaupun sewaktu-waktu jika siswa mempunyai permasalahan bisa datang ke guru BK. Sekolah haru memberikan ijin kepada siswa untuk meninggalkan pelajaran disaat siswa membutuhkan bimbingan dari guru BK. Sekolah harus bimbingan secara kontinue kepada siswa yang bermasalah. Program BK perlu dijadikan sebagai program prioritas sekolah. Sekolah tidak memerlukan lebih banyak guru pembimbing/BK dan juga ruangan khusus untuk BK. Guru pembimbng sebenarnya menyenangkan. Dengan adanya guru BK  proses belajar akan semakin membantu. Karena guru BK selalu memberikan informasi yang berguna tetapi siswa belum diarahkan ke jurusan yang sesuai dengan kemampuan bakatnya. Bimbingan dan Konseling tidak begitu penting berbeda dengan belajar. Program BK seharusnya dilaksanakan dengan pendekatan yang asyik kepada siswa, agar siswa tertarik untuk selalu melakukan bimbingan kepada guru BK.
9.      Luluk Nur Chamilah
Sekolah  perlu diadakan program BK dan memberikan layanan konseling bagi siswa yang mengalami permasalahan agar masalah tersebut bisa terselesaikan. Layanan tersebut juga memberikan motivasi serta solusi agar belajar lebih baik, guru BK dalam memberikan pelayanan hendaknya dilakukan setiap hari. Layanan Bimbinga dan Konseling di sekolah juga memberikan solusi bagaimana cara belajar yang baik, mengarahkan siswa untuk menggali potensi yang dimiliki baik di bidang prestasi belajar, keterampilan maupun kesenian. Pihak sekolah perlu memberikan jam khusus setiap minggu untuk layanan BK, walaupun sewaktu waktu jika siswa mempunyai permasalahan bisa datang ke guru BK. Tetapi sekolah tidak perlu memberikan ijin kepada siswa untuk meninggalkan pelajaran disaat siswa membutuhkan bimbingan dari guru BK, karena belajar dikelas lebih penting. Sekolah harus memberikan bimbingan secara kontinue kepada siswa yang bermasalah, agar masalah yang dihadapi cepat terselesaikan. Program BK perlu dijadikan sebagai program prioritas sekolah. Sekolah memerlukan lebih banyak guru pembimbing/BK dan juga ruanagan khusus utuk BK. Guru pembimbing sebenarnya menyenangkan. Dengan adanya guru BK  proses belajar akan semakin membantu. Karena guru BK selalu memberikan informasi yang berguna dan dapat membimbing siswanya serta diarahkan ke jurusan yang sesuai dengan kemampuan bakatnya. Bimbingan dan Konseling tidak begitu penting beda dengan belajar. Program BK seharusnya dilaksanakan dengan pendekatan yang asyik kepada siswa, misalnya dengan permainan, dengan begitu diharapkan siswa tertarik untuk selalu melakukan bimbingan kepada guru BK.

BAB III
KAJIAN/TINJAUAN PUSTAKA
A.      Pengertian Bimbingan dan Konseling
1.      Pengertian Bimbingan
Bimbingan dan konseling merupakan terjemahan dari istilah “Guidance and Counseling” dalam bahasa Inggris. Sesuai dengan istilahnya, maka bimbingan dapat diartikan secara umum sebagai suatu bantuan. Namun untuk pengertian yang sebenarnya, tidak setiap bantuan adalah bimbingan. Misalnya seorang guru membisikkan jawaban suatu soal ujian pada waktu ujian, agar siswanya lulus, tentu saja “bantuan” itu bukan bantuan yang dimaksud dengan bimbingan. Bentuk bantuan dalam bimbingan membutuhkan syarat tertentu, bentuk tertentu, prosedur tertentu, dan pelaksanaan tertentu sesuai dengan dasar, prinsip, dan tujuannya.
Bimbingan atau Guidance merupakan salah satu bidang dan program dari pendidikan, dan program ini ditujukan untuk membantu mengoptimalkan perkembangan siswa. Menurut Hamrin dan Nericson dalam Laksi (2003:1) bimbingan sebagai salah satu aspek dari program pendidikan diarahkan terutama untuk membantu para peserta didik agar dapat menyesuaikan diri dengan situasi yang dihadapi saat ini dan dapat merencanakan masa depannya sesuai dengan minat, kemampuan dan kebutuhan sosialnya. Bimbingan juga merupakan layanan yang bersifat profesional yang diberikan oleh para konselor yang memiliki latar belakang pendidikan, dan keahlian dibidang bimbingan dan konseling. “ bimbingan merupakan bantuan yang diberikan oleh konselor yang memiliki kompetensi (profesional) kepada individu dari berbagai tahapan usia untuk membantu mereka mengarahkan kehidupannya, mengembangkan pandangan hidupnya, menentukan bagi dirinya, dan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi”, (Laksmi,2003:3)
Dari berbagai pengertian yang dikemukakan para ahli tersebut,pada prinsipnya mengandung berbagai unsur pokok sebagai berikut :
1.         Bimbingan merupakan suatu proses yang berkelanjutan. Hal ini mengandung arti bahwa kegiatan bimbingan bukan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara kebetulan, insidental, sewaktu-waktu, tidak sengaja, atau asal saja, melainkan suatu kegiatan yang dilakukan dengan sistematis, sengaja, berencana, terus menerus, dan terarah kepada tujuan.
2.         Bimbingan merupakan proses membantu individu.
3.         Bantuan dalam bimbingan diberikan kepada individu, baik perorangan maupun kelompok.
4.         Bantuan diberikan kepada semua orang tanpa kecuali, artinya tidak diberikan kepada kelompok-kelompok umum tertentu, tetapi meliputi semua usia, mulai dari anak-anak, remaja, dan orang dewasa.
5.         Bantuan yang diberikan bertujuan agar individu dapat mengembangkan dirinya secara optimal menjadi pribadi yang mandiri.
6.         Untuk mencapai tujuan bimbingan tersebut diatas, digunakan pendekatan pribadi dengan menggunakan berbagai teknik dan media bimbingan.
7.         Bimbingan diberikan oleh orang-orang yang ahli, yaitu orang-orang yang memiliki keahlian dan pengalaman khusus dalam bidang bimbingan.
8.         Bimbingan hendaknya dilaksanakan sesuai dengan norma-norma yang berlaku.
Berdasarkan atas ciri-ciri pokok tersebut, maka yang dimaksud dengan bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa, agar orang yang dibimbing mendapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri, dengan memanfaatkan kekuatan individu yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.

2.    Pengertian Konseling
Kata konseling (counseling) berasal dari kata counsel dari bahasa latin counselium artinya “bersama” atau “bicara bersama”. “Berbicara bersama-sama adalah pembicaraan konselor (counselor) dengan seorang atau beberapa klien. Menurut Berdnard & Fullner, konseling meliputi mengungkapkan kebutuhan-kebutuhan, motivasi membantu individu yang bersangkutan untuk mengekspresikan hal tersebut. Menurut Devision of Counseling Psychology. Konseling merupakan suatu proses untuk membantu individu mengatasi hambatan-hambatan perkembangan dirinya dan mencapai perkembangan kemampuan pribadi dimilikinya secara optimal.
Masih banyak lagi rumusan pengertian atau definisi konseling yang dikemukakan oleh para ahli, namun pada dasarnya masing-masing rumusan konseling mengandung hal-hal pokok sebagai berikut :
1.         Konseling melibatkan dua orang yang saling berinteraksi dengan jalan mengadakan komunikasi langsung, mengemukakan dan memperhatikan dengan saksama isi pembicaran, gerakan-gerakan isyarat, pandangan mata, dan gerakan-gerakan lain dengan maksud meningkatkan pemahaman kedua belah pihak yang terlibat di dalam interaksi itu.
2.         Interaksi antara konseling dan konselor berlagsung dalam waktu yang relatif lama dan terarah pada pencpaian tujuan. Berlainan dengan pembicaraan biasa.
3.         Tujuan dari hubungan konseling adalah terjadinya perubahan pada tingkah laku klien. Konselor melibatkan memusatkan perhatiaanya kepada konseli dengan mencurahkan segala daya dan upaya demi perubahan pada diri klien, yaitu perubahan ke arah yang lebih baik, teratasinya masalah yang sedang dihadapi klien.
4.         Model interaksi di dalam konseling itu terbatas pada dimensi verbal, yaitu konselor dan konseling saling berbicara. Konseli berbicara tenang pikiran-pikirannya, tentang perasaan-perasaannya, tentang perilaku-perilakunya dan banyak lagi tentang dirinya. Sedangkan dipihak konselor, mendengarkan dan menanggapi hal-hal yang dikemukakan oleh konseli dengan maksud agar konseli memberikn reaksinya dan berbicara lagi lebih lanjut. Keduanya terlibat dalam memikirkan, berbicara dan mengemukakan gagasan-gagasan yang akhirnya bermuara pada teratasinya masalah klien.
5.         Konseling merupakan proses yang dinamis, artinya individu konseli dibantu untuk dapat mengembangkan dirinya, mengembangkan kemampuan-kemampuannya dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapi klien.
6.         Konseling didasari atas penerimaan-penerimaan konselor secara wajar tentang diri klien, yaitu atas dasar penghargaan terhadap harkat dan martabat klien.
Atas dasar ciri-ciri pokok tersebut diatas, dapat dirumuskan dengan memberi bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (yang disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami suatu masalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien.
Menurut Leona, E. Taylor (1953:2) ada lima karakteristik yang sekaligus juga merupakan prinsip-prinsip konseling. Lima karakteristik tersebut adalah :
1.       Konseling tidak sama dengan pemberian nasihat (advicement), sebab di dalam pemberian nasihat proses berpikir ada dan diberikan oleh penasihat. Sedang dalam konseling proses berpikir dan pemecahan ditemukan dan dilakukan oleh konseli sendiri.
2.       Konseling mengusahakan perubahan-perubahan yang bersifat fundamental yang berkenaan dengan pola-pola hidup.
3.       Konseling lebih meyangkut sikap daripada perbuatan atau tindakan.
4.       Konseling lebih berkenaan dengan penghayatan emosional daripada pemecahan intelektual.
5.       Konseling menyangkut hubungan seseorag dengan orang lain.
Tujuan utama konseling adalah kemandirian, artinya kemandirian dalam pemahaman, pengembangan diri dan pemecahan masalah oleh konseli sendiri. Menurut George dan Christiani(1981 : 9) tujuan konseling adalah :
1.      Membantu mengubah perilaku
2.      Meningkatan kemampuan individu dalam membina dan memelihara hubungan.
3.      Meningkatkan efektifitas dan kemampuan klien
4.      Mengembangkan proses pengembangan pengambilan keputusan, dan
5.      Meningkatkan potensi dan pengembangan individu
B. Latar Belakang Perlunya Bimbingan dan Konseling
1. Latar Belakang Psikologis
Dalam proses pendidikan di sekolah, siswa sebagai peserta didik, merupakan pribadi yang unik dengan segala karakteristiknya. Sebagai pribadi yang unik, terdapat perbedaan individual antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya. Hal tersebut, merupakan beberapa aspek psikologis dalam pendidikan yang bersumber dari siswa sebagai subjek didik, dan dapat menimbulkan berbagai masalah. Beberapa masalah psikologis yang merupakan latar belakang perlunya bimbingan dan konseling di sekolah, antara lain :
a. Masalah Perkembangan Individu
b. Masalah Perbedaan Individu
c. Masalah Kebutuhan Individu
d. Masalah Penyesuaian Diri
e. Masalah Belajar
2. Latar Belakang Sosial Budaya
Kegiatan belajar dan pembelajaran merupakan salah satu kegiatan yang diberikan di sekolah, namun sesungguhnya kegiatan itu saja belum cukup memadai dalam membantu siswa mengatasi berbagai permasalahan yang dialaminya dan menyiapkan siswa terjun dimasyarakat dengan berhasil. Oleh karena itu, diperlukan adanya layanan bimbingan dan konseling di sekolah, yang secara khusus diberi tugas dan tanggung jawab untuk memberi bantuan kepada siswa dalam memecahkan berbagai masalah.
3. Latar Belakang Paedagogis
a. Perkembangan Pendidikan
Salah satu cirri dari perkembangan pendidikan adalah adanya perubahan-perubahan dalam berbagai komponen system pendidikan seperti kurikulum, strategi belajar pembelajaran, alat bantu belajar, sumber-sumber, dan sebagainya. Para siswa diharapkan mampu menyesuaikan diri dengan setiap perkembangan pendidikan yang terjadi untuk mencapai sukses dan memerlukan bantuan yang sistematis melalui pelayanan bimbingan dan kenseling.
b. Peranan Guru
Sebagai pendidik, tugas dan tanggung jawab guru yang paling utama adalah mendidik dan membantu peserta didik untuk mencapai kedewasaan. Maka dari itu seorang guru harus memahami segala aspek pribadi anak didik baik dari segi jasmani maupun rohani. Seorang guru juga harus mempunyai informasi yang cukup untuk dirinya sehubungan dengan perannya, pekerjaan, kebutuhan dan motivasinya, kesehatan mentalnya, dan tingkat kecakapan yang harus dimilikinya.

C. Fungsi Bimbingan dan Konseling
a. Fungsi Pemahaman
Fungsi bimbingan dan konseling yaitu membantu konseli agar memiliki pemahaman terhadap dirinya sendiri (potensi yang dimilikinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan pemahaman ini, konseli diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif. Pemahaman yang sangat perlu yaitu pemahaman tentang dirinya klien sendiri beserta permasalahannya, termasuk juga pemahaman terntang lingkungan diri klien.
a. Pemahaman tentang diri klien
Sebelum seorang konselor memberikan layanan , meraka perlu terlebih dahulu memahami tentang klien yang akan dibantunya agar nantinya konselor dapat mengarahkan bimbingannya. Bagi konselor, upaya memahami klien ialah tugas awal dari setiap penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konselinag.
b. Pemahaman tentang masalah klien
Pemahaman terhadap klien membantu konselor dalam penanganan masalah, oleh karena itu pemahaman ini wajib dilaksanakan. Pihak-pihak yang perlu memahami masalah klien adalah klien itu sendiri, orang tua, guru, serta konselor.
c. Pemahaman tentang lingkungan yang luas
Untuk dapat memahami individu secara mendalam,maka pemahaman individu tidak hanya mencakup pemahaman terhadap lingkungan dalam arti sempit tetapi pemahaman terhadap lingkungan yang lebih luas. Pemahaman tersebut akan sangat membantu konselor dalam proses pemberian pelayanan bantuan.
b. Fungsi Pencegahan (Preventif)
Fungsi pencegahan dalam pelaksanaannya bagi konselor merupakan bagian dari tugas kewajibannya yang amat penting. Dalam dunia kesehatan mental “pencegahan” didefinisikan sebagai upaya mempengaruhi dengan cara yang positif dan bijaksana, lingkungan yang dapat menimbulkan kesulitan atau kerugian itu benar-benar terjadi (Horner & McElhaney, 1993). Layanan bimbingan bisa berfungsi pencegahan, yang artinya merupakan usaha pencegahan terhadap timbulnya masalah. Bentuk kegiatannya bisa berupa orientasi, bimbingan karir, inventarisasi data. Bentuk orientasi yang biasa dilakukan adalah untuk memberikan pencegahan terhadap sesuatu yang tidak diinginkan.
Fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi pada diri konseli dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh konseli. Melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan kepada konseli tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya. Adapun teknik yang dapat digunakan adalah pelayanan orientasi, informasi, dan bimbingan kelompok. Beberapa masalah yang perlu diinformasikan kepada para konseli dalam rangka mencegah terjadinya tingkah laku yang tidak diharapkan, diantaranya : bahayanya minuman keras, merokok, penyalahgunaan obat-obatan, drop out, dan pergaulan bebas (free sex).
Adapun cara yang dilakukuan atau upaya pencegahan yang perlu dilakukan oleh konselor, antara lain :
1.    Mendorong perbaikan lingkungan yang kalau diberikan akan berdampak negative terhadap individu yang bersangkutan.
2.    Mendorong perbaikan kondisi diri pribadi klien.
3.    Meningkatkan kemampuan individu untuk hal-hal yang yang diperlukan dan mempengaruhi perkembangan dan kehidupannya.
4.    Mendorong individu untuk tidak melakukan sesuatu yang akan memberikan resiko yang besar, dan melakukan sesuatu yang akan memberikan manfaat.
5.    Menggalang dukungan kelompok terhadap individu yang bersangkutan.
d. Fungsi Pengentasan
Istilah fungsi pengentasan ini dipakai sebagai pengganti istilah fungsi kuratif atau fungsi terapeutik dengan arti pengobatan atau penyembuhan. Tidak dipakainya istilah tersebut karena istilah itu berorientasi bahwa peserta didik adalah orang yang “sakit” serta untuk mengganti istilah “fungsi perbaikan” yang berkonotasi bahwa peserta didik yang dibimbing adalah orang “tidak baik atau rusak”. Melalui fungsi pelayanan ini akan menghasilkan terentaskannya atau teratasinya berbagai permasalahan yang dihadapi oleh peserta didik. Walaupun fungsi pemahaman dan pencegahan telah dilakukan, namun mungkin saja klien atau konseli masih memiliki atau menghadapi masalah tertentu. Individu yang memiliki masalah akan merasa tidak nyaman pada dirinya. Konseli yang bermasalah akan mendatangi konselor dengan tujuan untuk dientaskannya masalah yang mengganggunya. Disinilah fungsi pengentasan masalah berperan yaitu pelayanan bimbingan dan konseling akan menghasilkan teratasinya masalah yang dialami klien.
e. Fungsi Pengembangan
Fungsi bimbingan dan konseling yang sifatnya lebih proaktif dari fungsi-fungsi lainnya. Konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan konseli. Konselor dan personel Sekolah/Madrasah lainnya secara sinergi dan  berkolaborasi atau bekerjasama merencanakan dan melaksanakan program bimbingan secara sistematis dan berkesinambungan dalam upaya membantu konseli mencapai tugas-tugas perkembangannya. Teknik bimbingan yang dapat digunakan disini adalah pelayanan informasi, tutorial, diskusi kelompok atau curah pendapat (brain storming), home room, dan karyawisata.

D.    Tujuan Bimbingan dan Konseling
a. Tujuan Umum
Tujuan umum bimbingan dan konseling dengan mengikuti pada perkembangan konsepsi bimbingan dan konseling pada dasarnya adalah untuk membantu individu memperkembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap perkembangan dan predisposisi yang dimilikinya, berbagai latar belakang yang ada, serta sesuai dengan tuntutan positif lingkungannya. Pencapaian tujuan umum bimbingan dan konseling tersebut dalam rangka pengembangan perwujudan keempat dimensi  kemanusiaan individu. Dimensi-dimensi tersebut dapat dirumuskan sebagai dimensi keindividualan (individualitas), dimensi kesosialan (sosialitas), dimensi kesusilaan (moralitas), dan dimensi keberagaman (religiusitas).  Pengembangan dimensi keindividualan memungkinkan seseorang memperkembangkan segenap potensi yang ada pada dirinya secara optimal mengarah kepada aspek-aspek kehidupan yang positif. Perkembangan dimensi ini membawa seseorang menjadi individu yang mampu tegak berdiri dengan kepribadiannya sendiri, dengan aku yang teguh, positif, produktif, dan dinamis. Perkembangan dimensi kesosialan memungkinkan  seseorang mampu berinteraksi, berkomunikasi, bergaul, bekerjasama dan hidup bersama orang lain. Dimensi kesusilaan memberikan warna moral terhadap perkembangan dimensi pertama dan kedua. Dimensi kesusilaan dapat menjadi pemersatu sehingga keindividualan dan kesosialan dapat bertemu dalam satu kesatuan yang penuh makna. Dalam dimensi keagamaan ini, manusia senantiasa menghubungkan diri dengan tuhan Yang Maha Esa.

b. Tujuan Khusus
Tujuan khusus bimbingan dan konseling merupakan penjabaran tujuan umum tersebut yang dikaitkan secara langsung dengan permasalahan yang dialami individu yang bersangkutan, sesuai dengan kompleksitas permasalahannya itu. Masalah yang dihadapi individu berbeda-beda dan bersifat unik, maka tujuan khususnya bersifat unnik pula, artinya tujuan bimbingan dan konseling untuk individu yang satu dengan individu yang lain tidak boleh disamakan. Jika dirinci berdasarkan masalah yang dihadapi klien, tujuan konseling antara lain :
a.    Perubahan Perilaku
Membenarkan perilaku klien yang salah menjadi benar merupakan tugas seorang konselor. Konseling diselenggarakan untuk membantu klien mengenali perilakunya yang salah. Jika seorang klien tidak menyadari adanya perilaku yang salah pada dirinya maka klien tersebut akan kesulitan dalam melakukan perubahan-perubahan menuju kearah yang lebih baik. Untuk itu seorang klien harus mengetahui terlebih dahulu, apakah dirinya sudah benar dalam menjalani hidupnya atau belum. Karena jika klien belum memahami kekurangan dalam dirinya itu juga akan mempersulit konselor dalam membantunya. Setelah klien menyadari kekurangan dalam dirinya kemudian bisa konsultasi dengan konselor, di beri pengarahan dan akhirnya masalah terselesaikan.
b.    Belajar membuat keputusan
Corey (1988) menegaskan bahwa tujuan konseling tidak sekedar untuk memperoleh kepuasan klien. Konseling dapat saja justru meningkatkan ketidakpuasan sementara waktu, tetapi dapat menghasilkan kepuasan jangka panjang. Keputusan yang dipelajari klien melalui hubungan konseling diharapkan dapat membantu mengatasi masalahnya sekalipun tampak menyulitkan dirinya. Disini konselor memberikan dorongan kepada klien untuk berani membuat keputusan yang dibutuhkan dengan resiko yang sudah dipertimbangkan sebagai konsekuensi alamiah.
c.    Mencegah munculnya masalah
Ada  tiga pengertian tentang hal tersebut, yaitu:
a.         Mencegah jangan sampai mengalami masalah di kemudian hari
b.        Mencegah jangan sampai masalah yang dialami bertambah berat atau berkepanjangah
c.         Mencegah jangan sampai masalah yang dihadapi berakibat gangguan yang menetap (Notosoedirdjo dan Latipun, 1999).
d.   Kesehatan Mental yang Positif
Ada yang menyatakan bahwa pemeliharaan dan pencapaian kesehatan mental yang positif sebagai tujuan konseling. Jika hal itu tercapai, maka individu mencapai integrasi, penyesuaian, dan identifikasi positif dengan yang lainnya. Ia belajar menerima tanggung jawab, berdiri sendiri dan memperoleh integrasi perilaku. Lebih dari 20 tahun yang lalu Thorne (Shertzer & Stone, 1980) mengatakan bahwa tujuan utama konseling adalah menjaga kesehatan mental dengan mencegah atau membawa ketidakmampuan menyesuaikan diri atau gangguan mental. [endapat yang lebih baru dari Patterson (Shertzer & Stone, 1980) menyatakan bahwa karena tujuan konseling adalah pemeliharaan, pemulihan kesehatan mental yang baik, atau harga diri, maka situasi-sotuasi konseling haruslah ditandai dengan tidak adanya ancaman.
e.    Keefektifan Personal
Erat hubungannya dengan pemeliharaan kesehatan mental yang baik dan perubahan tingkah laku adalah tujuan meningkatkan kefektifan personal. Blocher (Shertzer & Stone, 1980) memberikan batasan pribadi yang efektif sebagai berikut:
pribadi yang efektif adalah yang sanggup memperhitungkan diri, waktu dan tenaganya dan bersedia memikul resiko-resiko ekonomis, psikologis dan fisik. Ia nampak memiliki kompetensi untuk mengenal, mendefinisikan dan memecahkan masalah-masalah. Ia nampak agak konsisten terhadap dan dalam situasi peranannya yang khas. Ia nampak sanggup berpikir secara berbeda dan orisinil, yaitu dengan cara-cara yang kreatif. Akhirnya, ia sanggup mengontrol dorongan-dorongan dan meberikan response-response yang layak terhadap frustasi, perumusan, dan ambiguitas. Konseling diselenggarakan tidak hanya mencegah agar tidak mengalami hambatan di kemudian hari,  tetapi juga mencegah agar masalah yang dihadapi itu secepatnya terselesaikan, dan jangan menimbulkan gangguan.
E. Asas-Asas Bimbingan dan Konseling
Dalam penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling disekolah hendaknya mengacu pada asas-asas bimbingan dan konseling , karena pekerjaan bimbingan dan knseling merupakan pekerjaan yang profesional. Asas bimbingan dan konseling yaitu ketentuan-ketentuan yang harus diterapkan dalam penyelenggaraan pelayanan itu. Apabila asas-asas itu diikuti dan teselenggara dengan baik sangat dapat diharapkan proses pelayanan mengarah pada pencapaian tujuan yang diharapkan dan sebaliknya. Asas-asas bimbingan dan konseling antara lain: asas kerahasiaan, asaskesukarelaan, asas keterbukaan, asas kekinian, asas kemandirian, asas kegiatan, asas kedinamisan, asas keterpaduan,asas kenormatifan, asas keahlian,asas ahli tangan, dan asas tut wuri handayani (Prayitno, 1987).
Macam-macam  Asas Bimbingan dan Konseling
1.    Asas Kerahasiaan
Merupakan asas bimbingan dan konseling yangmenuntut dirahasiakannya segenap data dan keterangan peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan, yaitu data atau keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui orang lain. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban penuh memelihara dan menjaga semua data dan keterangan itu sehingga kerahasiaanya benar-benar terjamin.
2.    Asas Kesukarelaan
Proses bimbingan dan konseling harus berlangsung atas dasar kesukarelaan, baik dari pihak si pembimbing  atau klien, maupun dari pihak konselor. Asas bimbingan dan konseling yang menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan dari konseli (konseli) mengikuti/menjalani pelayanan/kegiatan yang diperlukannya. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban membina dan mengembangkan kesukarelaan tersebut.
3.    Asas Keterbukaan
Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar konseli (konseli) yang menjadi sasaran pelayanan/kegiatan bersifat terbuka dan tidak berpura-pura, baik di dalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi pengembangan dirinya. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban mengembangkan keterbukaan konseli (konseli).Keterbukaan ini amat terkait pada terselenggaranya asas kerahasiaan dan adanya kesukarelaan pada diri konseli yang menjadi sasaran pelayanan/kegiatan.Agar konseli dapat terbuka, guru pembimbing terlebih dahulu harus bersikap terbuka dan tidak berpura-pura.
4.    Asas Kekinian
Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar objek sasaran pelayanan bimbingan dan konseling ialah permasalahan konseli (konseli) dalam kondisinya sekarang. Pelayanan yang berkenaan dengan “masa depan atau kondisi masa lampau pun” dilihat dampak dan/atau kaitannya dengan kondisi yang ada dan apa yang diperbuat sekarang. Intinya masalah konseli yang ditangani konselor melalui kegiatan bimbingan dan konseling adalah masalah-masalah yang saat ini sedang dirasakan, bukan masalah yang pernah dialami pada masa lampau, dan kemungkinaan masalah yang akan dialami pada masa yang akan datang.
5.     Asas Kemandirian
Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menunju pada tujuan umum bimbingan dan konseling, yakni: konseli (konseli) sebagai sasaran pelayanan bimbingan dan konseling diharapkan menjadi konseli-konseli yang mandiri dengan ciri-ciri mengenal dan menerima diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan serta mewujudkan diri sendiri. Guru pembimbing hendaknya mampu mengarahkan segenap pelayanan bimbingan dan konseling yang diselenggarakannya bagi berkembangnya kemandirian konseli.
Salah satu tujuan pelayanan bimbingan dan konseling ialah kemandirian. Ciri-ciri kemandirian pada siswa yang telah dibimbing antara lain:
a.    Mengenal diri sendiri dan lingkungan sebagaimana adanya.
b.    Menerima diri senditi dan lingkungannya secara positif dan dinamis.
c.    Mengambil keputusan untuk dan oleh untuk diri sendiri
d.   Mengarahkan diri sesuai dengan keputusan itu.
e.    Mewujudkan diri secara optimal sesuai dengan potensi, minat dan kemampuan-kemampuan yang dimilkinya.
6.    Asas Kegiatan
Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar konseli (konseli) yang menjadi sasaran pelayanan berpartisipasi secara aktif di dalam penyelenggaraan pelayanan/kegiatan bimbingan. Dalam hal ini guru pembimbing perlu mendorong konseli untuk aktif dalam setiap pelayanan/kegiatan bimbingan dan konseling yang diperuntukan baginya.
7.    Asas Kedinamisan
Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar isi pelayanan terhadap sasaran pelayanan (konseli) yang sama kehendaknya selalu bergerak maju, tidak monoton, dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke waktu.Asas kedinamisan mengacu pada hal-hal baru yang hendaknya terdapat pada dan menjadi ciri-ciri dari proses konseling dan hasil-hasilnya.
8.    Asas Keterpaduan
Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar berbagai pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh guru pembimbing maupun pihak lain, saling menunjang, harmonis, dan terpadu. Untuk ini kerja sama antara guru pembimbing dan pihak-pihak yang berperan dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling perlu terus dikembangkan. Koordinasi segenap pelayanan/kegiatan bimbingan dan konseling itu harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
9.    Asas Kenormatifan
Harmonis yaitu menghendaki agar segenap layanan kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan pada nilai dan norma yang ada, tidak boleh bertentangan dengan nilai dan norma yang ada, yaitu nilai dan norma agama, hukum dan peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan dan kebiasaan yang berlaku. Seluruh isi dan proses konseling garus sesuai dengan norma-norma yang berlaku. Demikian pula prosedur, teknik dan peralatan (instrumen) yang dipakai tidak menyimpang dari norma-norma yang berlaku (Tohirin, 2009 :93). Dilihat dari permasalahan klien, barangkali pada awalnya ada materi bimbingan dan konseling yang tidak bersesuaian dengan norma (misalnya klien mengalami masalah melanggar norma-norma tertentu), namun justru dengan pelayanan bimbingan dan konseling tingkah yang melanggar norma itu diarahkan kepada yang lebih bersesuaian dengan norma (Prasetyo, 2009 : 119).
10.    Asas Keahlian
Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional. Dalam hal ini, para pelaksana pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling hendaklah tenaga yang benar-benar ahli dalam bidang bimbingan dan konseling.Keprofesionalan guru pembimbing harus terwujud baik dalam penyelenggaraan jenis-jenis pelayanan dan kegiatan dan konseling maupun dalam penegakan kode etik bimbingan dan konseling.
11.    Asas Alih Tangan
Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan konseli (konseli) mengalihtangankan permasalahan itu kepada pihak yang lebih ahli. Guru pembimbing dapat menerima alih tangan kasus dari orang tua, guru-guru lain, atau ahli lain ; dan demikian pula guru pembimbing dapat mengalihtangankan kasus kepada guru mata pelajaran/praktik dan lain-lain. Asas ini mengisyaratkan bahwa bila konselor sudah mengerahkan segenap kemampuan yang dimiliki untuk membantu konseli tapi konseli belum dapa terbantu sebagaimana yang diharapkan karena masalah yang dialami konseli berada di luar kemampuan dan kewenangannya, maka konselor dapat mengalihtangankan konseli tersebut kepada petugas atau badan lain yang lebih ahli untuk menangani maslah konseli atas persetujuan konseli yang akan dialihtangankan. Penanganan suatu masalah akan lebih optimal hasilnya, bila ditangan oleh petugas yang memiliki kewenangan yang sesuai dengan masalah konseli dan konseling hanya menangani konseli yang pada dasarnya mormal ( tidak sakit jasmani dan rohani) dan bekerja dengan kasus-kasus yang terbebas dari masalah-masalah criminal ataupun perdata.
12.    Asas Tutwuri Handayani
Asas yang menghendaki agar pelayanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan dapat menciptakan suasana mengayomi (memberikan rasa aman), mengembangkan keteladanan, dan memberikan rangsangan dan dorongan, serta kesempatan yang seluas-luasnya kepada peserta didik (klien) untuk maju. Asas ini menunjukkan pada suasana umum yang hendaknya tercipta dalam rangka hubungan keseluruhan antara pembimbing dan yang dibimbing. Lebih-lebih dilingkungan sekolah, asas ini makin dirasakan manfaatnya.
F. Ruang Lingkup Bimbingan dan Konseling
Ruang lingkup bimbingan dan konseling dapat dilihatdari berbagai sei yaitu dari segi fungsi, sasaran, layanan, masalah.
a.       Segi Fungsi
Dilihat dari segi fungsinya ruang lingkup bimbingan dan konseling di sekolah mencakup bimbingan dan fungsi-fungsi yaitu pemahaman, pencegahan, pengentasan, dan pengembangan. Penekanan prioritas pada fungsi-fungsi tertentu pada umumnya didasarkan pada kemudahan-kemudahan yang tersedia dan pada permasalahan yang dihadapi oleh siswa.

b.      Segi Sasaran
Dari segi sasarannya, bimbingan dan konseling di sekolah diperuntukkan bagi semua siswa dengan tujuan agar siswa secara persoerangan mencapai perkembangan optimal melalaui kemampuan pengungkapan-pengenalan-penerimaan diri dan lingkungan, pengambilan keputusan, pengarahan diri, dan perwujudan diri. Dalam hal tertentu, sesuai dengan permasalahan yang dihadapi, akan terdapat prioritas dalam sasaran bimbingan dan konseling tersebut.
c.    Segi Layanan
Dilihat dari layanan yang diberikan, kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah meliputi layanan-layanan:
1.         Pengumpulan data, yaitu kegiatan dalam bentuk pengumpulan data pengolahan dan penghimpunan berbagai informasi tentang siswa beserta latar belakangnya. Tujuan layanan ini adalah untuk memperoleh pemahaman yang objektif terhadap siswa dalam membantu mereka mencapai perkembangan optimal.
2.         Pemberian informasi, yaitu layanan dalam memberikan sejumlah informasi kepada para siswa. Tujuan layanan ni adalah agar para siswa memiliki informasi yang memadai baik informasi tentang dirinya maupun informasi tentang lingkungan. Informasi yang diterima oleh siswa merupakan bantuan dalam membuat keputusan secara tepat.
3.         Penempatan, yaitu layanan untuk membantu para ssiswa agar memperoleh wadah yang sesuai dengn potensi yang diilikinya. Tujuan layanan ini adalah agar semua siswa dapat mencapai prestasi optimal sesuai dengan potensinya. Setiap siswa diharapkan memperoleh wadah yang tepat untuk mengembangkan segala kemapuan pribadinya.
4.         Alih tangan, yaitu layanan untuk melimpahkan kepada pihak yang lebih mampu dan berwenang apabila masalah yang ditangani itu diluar kemampuan dan kewenangan petugas pemberi bantuan yang terdahulu. Misalnya mengirim siswa ke dokter untuk pemeriksaan kesehatan, pengiriman ke psikolog, untuk pemeriksaan psikologis, dan sebagainya.
5.         Penilaian dan tindak lanjut, yaitu layanan untuk menilai keberhasilan usaha bimbingan yang telah diberikan. Sekaligus secara tidak langsung layanan ini dapat berfunngsi untuk menilai keberhasilan program pendidikan secara keseluruhan.
6.         Segi Masalah
Dilihat dari masalah yang dihadapi para siswa, bimbingan dan konseling di sekolah mencakup:
a.       Bimingan pendidikan, yaitu jenis bimbingan yang membantu para siswa dalam menghadapi dan memrcahkan masalah-masalah pendidikan. Yang tergolong masalah-masalah pendidikan misalnya, pengenalan kurikulum pemilihan jurusan, cara belajar, perencanaan pendidikan dan sebagainya.
b.      Bimbngan karir, yaitu jenis bimbingan yang membantu siswa dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah-masalah yang menyangkut karir seperti : pemahaman teerhadap dunia kerja, perencanaan karir, penyesuaian pekerjaan, pemilihan lapangan kerja, dan pemahaman terhadap  keadaan dirinya serta kemungkinan-kemungkinan pengembangan karir. Bimbingan sosial, pribadi, emosional, yaitu jenis bimbingan yang membantu  para siswa dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah sosial, pribadi, emosional seperti masalah pergaulan, penyelesaian konflik, penyesuaian diri, dan sebagainya.

G. Tugas dan Tanggung Jawab Personil Sekolah dalam Program Bimbingan dan Konseling
Secara operasional, pelaksana utama layanan bimbingan dan konseling di sekolah adalah para guru pembimbing atau konselor sekolah di bawah koordinasi seorang koordinator bimbingan dan konseling. Namun, bimbingan dan konseling di sekolah yang oleh banyak pakar dikatakan sebagai team work (Shetzer dan Stone, 1985) dalam penyelenggaraannya mau tidak mau akan melibatkan personil sekolah lainnya agar lebih berperan sesuai batas-batas kewenangan dan tanggung jawabnya. Personil yang dimaksud antara lain :
1.    Kepala Sekolah
Sebgai penanggung jawab kegiatan pendidikan di sekolah, tugas kepala sekolah adalah:
a.       Mengkoordinasikan seluruh kegiatan pendidikan, yang meliputi kegiatan pengajaran, pelatihan, dan bimbingan dan konseling di sekolah.
b.      Menyediakan dan melengkapi sarana dan prasarana yang diperlukan dalam kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah.
c.       Memberikan kemudahan bagi terlaksananya program bimbingan dan konseling di sekolah.
d.      Melakukan supervisi terhadap pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah.
e.       Menetapkan koordinator guru pembimbing yang tanggung jawab atas koordinasi pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah berdasarkan kesepakatan bersama guru pembimbing (konselor).
f.       Membuat surat tugas guru pembimbing dalam proses bimbingan dan konseling pada setiap awal semester.
g.      Menyiapkan surat pernyataan melakukan kegiatan bimbingan dan konseling sebagai bahan usulan angka kredit bagi guru pembimbing (konselor).
h.      Mengadakan kerjasama dengan instansi lain yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling.
i.        Melaksanakan layanan bimbingan dan konseling terhadap minimal 40 siswa bagi kepala sekolah yang berlatar belakang pendidikan bimbingan dan konseling.
2.    Wakil Kepala Sekolah
Wakil kepala sekolah bertugas membantu kepala sekolah dalam hal :
a.    Mengkoordinasikan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling kepada semua personil sekolah.
b.    Melaksanakan kebijakan pimpinan sekolah teritama dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling.
c.    Melaksanakan bimbingan dan konseling terhadap minimal 75 siswa, bagi wakil kepala sekolah yang berlatar belakang penidikan bimbingan dan konseling.
3.    Koordinator Guru Pembimbing (konselor)
Tugas koordinator guru pembimbing dapat dirinci sebagai berikut:
a.         Mengkoordinasikan para guru pembimbing (konselor) dalam :
1.      Memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling
2.      Menyusun program
3.      Melaksanakan program
4.      Mengadministrasikan keiatan bimbingan dan konseling
5.      Menilai program
6.      Mengadakan tindak lanjut.
b.        Membuat usulan kepada kepala sekolah dan mengusahakan terpenuhinya tenaga, sarana dan prasarana
c.         Mempertanggung jawabkan pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling kepada kepala sekolah.
4.    Guru Pembimbing (konselor)
Guru pembimbing atau konselor bertugas :
a.         Memasyarakatkan kegiatan bimbingan dan konseling
b.        Merencanakan program bimbingan dan konseling
c.         Melaksanakan persiapan kegiatan bimbingan dan konseling
d.        Melaksanakan layanan pada berbagai bidang bimbingan terhadap sejumlah siswa yang menjadi tanggung jawabnya
e.         Melaksanakan kegiatan pendukung layanan bimbingan dan konseling
f.         Mengevaluasi proses dan hasil kegiatan layanan bimbingan dan konseling
g.        Menganalisis hasil evaluasi
h.        Melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil analisis evaluasi
i.          Mengadministrasikan kegiatan bimbingan dan konseling
j.          Mempertangung jawabkan tugas dan kegiatan kepada koordinator guru pembimbing.
5.    Guru Mata Pelajaran
Guru mata pelajaran bertugas :
a.         Membantu memasyarakatkan layanan bimbingan konseling kepada para siswa.
b.        Melakukan kerjasama dengan guru pembimbing dalam mengidentifikasikan siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling.
c.         Mengalih tangankan siswa yang memerlukan bimbingan kepada guru pembimbing.
d.        Mengadakan upaya tindak lanjut layanan bimbingan (program perbaikan dan program pengayaan).
e.         Memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh layanan bimbingan dan konseling dari guru pembimbing.
f.         Membantu mengumpulkan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian layanan bimbingan; membantu mengumpulkan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian layanan bmbingan.
g.        Ikut serta dalam program layanan bimbingan.
h.        Berpartisipasi dalam kegiatan pendukung seperti konferensi kasus.
i.          Berpartisipasi dalam upaya pencegahan munculnya masalah siswa dalam pengembangan potensi.
6.    Wali Kelas
Sebagai mitra kerja guru pembimbing (konselor), wali kelas mempunyai tugas :
a.         Membantu guru pembimbing melaksanakan layanan yang menjadi tanggung jawabnya.
b.        Membnatu memberikan kesempatan dan kemudahan bagi siswa, khususnya di kelas yang menjadi tanggung jawabnya.
c.         Memberikan informasi tentang siswa di kelas yang mendaji tanggung jawabnya untuk memperoleh layanan bimbingan.
d.        Menginformasikan kepada guru mata pelajaran tentang siswa yang perlu diperhatikan khusus
e.         Ikut serta dalam konferensi kasus.
7.    Tata Usaha/ Administrasi
Staf tata usaha atau administrasi adalah personil yang bertugas :
a.         Membantu guru pembimbing dan koordinator dalam mengadministrasikan seluruh kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah.
b.        Membantu mempersiapkan seluruh kegiatan bimbingan dan konseling.
c.         Membantu menyiapkan sarana yang diperlukan dalam layanan bimbingan dan konseling.
d.        Membantu melengkapi dokumen tentang siswa seperti catatan kumulatif siswa.

H.  Peran Guru dalam Pelaksanaan BK
Dalam kedudukannya sebagai personil pelaksana proses pembelajaran di sekolah, guru memiliki psisi yang strategis. Dibandingkan dengan guru pembimbing atau konselor., misalnya guru lebih sering berinteraksi dengan siswa secara langsung. Guru dapat mengamati secara rutin tentang perkembangan kepribadian siswa, kemajuan belajarnya, dan bukan tidak mungkin akan langsung berhadapan dengan permasalahan siswa.oleh karena itu tidak salah jika dalam pelayanan bimbingan dan konseling guru ditempatkan sebagai mitra kerja utama, di samping wali kelas. Apabila dirinci ada beberapa peranan yang dapat dilakukan oleh seorang guru ketika ia diminta mengambil bagian dalam penyelenggaraan program bimbingan dan konseling di sekolah.
a.       Guru sebagai Informator
Seorang guru dalam kinerjanya dapat berperan yang dapat berperan sebagai informator, terutama berkaitan dengan tugasnya membantu guru pembimbing atau konselor dalam memasyarakatkan layanan bimbingan dan konseling kepada siswa pada umumnya. Melalui peranan ini guru dapat menginformasikan berbagai hal tentang layanan bimbingan dan konseling, tujuan, fungsi, dan manfaatnya bagi siswa.
b.      Guru sebagai Fasilitator
Guru dapat berperan sebagai fasilisator terutama ketika dilangsungkan layanan pembelajaran baik itu yang bersifat preventif ataupun kuratif. Dibandingkan guru pembimbing, guru lebih memahami tentang keterampilan belajar yang perlu dikuasai siswa pada mata pelajaran yang diajarnya. Maka, pada saat siswa mengalami kesulitan belajar, guru dapat mernacang program perbaikan (remedial teaching) dengan mempertimbangkan tingkat kesulitan yang dialami dan menyesuaikan dengan gaya belajar siswa. Sebaliknya, bagi siswa yang pandai guru dapat memprogramkan tindak lanjut berupa kegiatan pengayaan (enrichment).
c.       Guru sebagai Mediator
Dalam kedudukannya yang strategis,yakni berhadapan langsung dengan siswa, guru dapat berperan sebagai mediator antara siswa dengan guru pembimbing. Hal itu tampak misalnya pada saat seorang guru diminta untuk melakukan kegiatan identifikasi siswa yang memerlukan bimbingan dan konseling kepada guru pembimbing atau konselor sekolah.
d.      Guru sebagai Motivator
Dalam peranan ini, guru dapat berperan sebagai pemberi motivasi siswa dalam memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling di sekolah, sekaligus memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh layanan konseling, misalnya pada saat siswa seharusnya mengikuti pelajaran di kelas. Tanpa kerelaan guru dalam memberi kesempatan kepada siswa menerima layanan, layanan konseling perorangan akan sulit terlaksana mengingat terbatasnya jam khusus bimbingan pada sekolah-sekolah kita.
e.       Guru sebagai Kolaborator
Sebagai mitra seprofesi yakni sama-sama sebagai tenaga pendidik di    sekolah, guru dapat berperan sebagai kolaborator konselor di sekolah, misalnya dalam penyelenggaraan berbagai jenis layanan orientasi informasi, layanan pembelajaran atau dalam pelaksanaan kegiatan pendukung seperti konferensi kasus, himpunan data dan kegiatan lainnya yang relevan.

I.     Fungsi  Bimbingan di Sekolah
Bimbingan dan konseling disekolah berfungsi sebagai upaya untuk membantu kepala sekolah beserta stafnya di dalam menyelenggarakan kesejahteraan sekolah.
Uman Suherman (2008) menyatakan bahwa secara umum, fungsi bimbingan dan konseling dapat diuraikan sebagai berikut.
1.         Fungsi pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling membantu konseli (klien) agar memiliki pemahaman terhadap potensi dirinya dan lingkungan (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Konseli diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan.
2.         Fungsi preventif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya supaya tidak dialami oleh konseli. Melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan kepada konseli tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya. Adapun teknik yang dapat digunakan adalah pelayanan orientasi, informasi, dan bimbingan kelompok.
3.         Fungsi pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang sifatnya lebih proaktif . konselor berupaya untuk menciptakan lingkungan yang nyaman dan kondusif. Konselor dan guru atau staf sekolah bekerja sama membentuk tim kerja merencanakan dan melaksanakan program bimbingan secara berkesinambungan membantu konseli mencapai tugas perkembangannya. Teknik bimbingan yang dapat digunakan di sini adalah pelayanan informasi, tutorial, diskusi kelompok atau curah pendapat (brain storming), home room, dan karyawisata.
4.         Fungsi penyembuhan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada konseli yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar maupun karir. Teknik yang dapat digunakan adalah konseling dan remedial teaching.
5.         Fungsi penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan, atau program studi, dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian, dan ciri-ciri kepribadian lainnya. Dalam melaksanakan fungsi ini, konselor bekerja sama dengan pendidik lainnya di dalam maupun di luar lembaga pendidikan.
6.         Fungsi adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan, kepala sekolah/ madrasah dan staf, konselor, dan guru untuk menyesuaikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan konseli. Dengan menggunakan informasi yang memadai mengenai konseli, pembimbing/konselor dapat membantu para guru dalam memperlakukan konseli secara tepat, baik dalam memilih dan menyusun materi sekolah/madrasah, memilih  metode dan proses pembelajaran maupun menyusun bahan pelajaran sesuai dengan kemampuan dan kecepatan konseli.
7.         Fungsi penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli untuk menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya secara dinamis dan konstruktif.
8.         Fungsi perbaikan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli sehingga dapat memperbaiki kekeliruan dalam berpikir, berperasaan dan bertindak (berkehendak). Konselor melakukan intervensi (memberikan perlakuan) terhadap konsli supaya memiliki pola berpikir yang sehat, rasional dan memiliki perasaan yang tepat sehingga dapat menghantarkan mereka pada tindakan atau kehendak yang produktif dan normatif.
9.         Fungsi fasilitas, memberikan kemudahan kepada konseli dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serasi, selaras, dan seimbang dalam seluruh aspek dalam diri konseli.
10.     Fungsi pemeliharaan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu supaya dapat menjaga diri dan mempertahankan situasi kondusif yang telah tercipta dalam dirinya. Fungsi ini memfasilitasi konseli agar terhindar dari kondisi-kondisi yang akan menyebabkan penurunan produktifitas diri. Pelaksanaan fungsi ini diwujudkan melalui program-program yang menarik, rekreatif, dan fakultatif (pilihan) sesuai dengan minat konseli.
Adapun fungsi khusus bimbingan dan konseling, yakni khususnya di sekolah, menurut H.M. Umar, dkk., (21-22) adalah sebagai berikut :
1.         Menolong anak dalam kesulitan belajarnya;
Sekolah-sekolah kita pada umumnya masih kurang memperhatikan individual anak-anak. Banyaknya jumlah mata pelajaran dan luasnya bahan pelajaran, menyebabkan guru pada umumnya hanya memompakan bahan pelajaran itu kepada otak anak-anak. fungsi pokok dari bimbingan dan konseling adalah menolong individu-individu yang mencari dan membutuhkan bantuan. Jenis bantuan yang dibutuhkan oleh individu berbeda-beda meskipun ada kemungkinan kesukaran yang dihadapi sama.
2.         Berusaha memberikan pelajaran yang sesuai dengan minat dan kecakapan anak-anak.
Melaksanakan bimbingan dengan sebaik-baiknya diperlukan pengetahuan yang lengkap tentang individu yang bersangkutan, seperti bakat, kecerdasan, minat, latar belakang keluarga, riwayat pendidikan, dan sebagainya, yang berhubungan dengan bantuan yang akan diberikan.
3.    Memberikan nasihat kepada anak yang akan berhenti sekolahnya.
4.    Memberi petunjuk kepada anak-anak yang melanjutkan belajarnya, dan sebagainya.
J.    Arah dan Tujuan Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Arah bimbingan dan konseling di sekolah adalah memungkinkan siswa mengenal dan menerima diri sendiri serta mengenal dan menerima lingkungannya secara positif dan dinamis serta mampu mengambil keputusan, mengamalkan dan mewujudkan diri sendiri secara efektif dan produktif sesuai dengan peranan yang diinginkannya dimasa depan.
Adapun tujuan bimbingan dan konseling di sekolah adalah agar tercapai perkembangan yang optimal pada individu yang dibimbing, dengan perkataan lain agar individu (siswa) dapat mengembangkan dirinya secara optimal sesuai dengan potensi atau kapasitasnya dan agar individu dapat berkembang sesuai lingkungannya.
Secara khusus tujuan bimbingan dan konseling di sekolah, diuraikan H.M. Umar, dan kawan-kawan (1998:21-21) sebagai berikut:
Tujuan bimbingan bagi siswa:
1.      Membantu siswa-siswa untuk mengembangkan pemahaman diri sesuai dengan kecakapan, minat, pribadi, hasil belajar, serta kesempatan yang ada
2.      Membantu siswa-siswa untuk mengembangkan motif-motif dalam belajar, sehingga tercapai kemajuan pengajaran yang berarti
3.      Memberikan dorongan di dalam pengarahan diri, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan keterlibatan diri dalam proses pendidikan
4.      Membantu siswa-siswa untuk memperoleh kepuasan pribadi dalam penyesuaian diri secara maksimum terhadap masyarakat
5.      Membantu siswa untuk hidup di dalam kehidupan yang seimbang dalam berbagai aspek fisik, mental dan sosial.
Tujuan bimbingan bagi guru adalah sebagai berikut:
1.      Membantu guru dalam berhubungan dengan siswa-siswa
2.      Membantu guru dalam menyesuaikan keunikan individual dengan tuntutan umum sekolah dan masyarakat
3.      Membantu guru dalam mengenal pentingnya keterlibatan diri dalam keseluruhan program pendidikan
4.      Membantu keseluruhan program pendidikan untuk menemukan kebutuhan-kebutuhan seluruh siswa
Adapun tujuan bimbingan bagi sekolah:
1.        Menyusun dan menyesuaikan data tentang siswa yang bermacam-macam
2.        Mengadakan penelitian tentang siswa dari latar belakangnya
3.        Membantu menyelenggarakan kegiatan penataran bagi para guru dan personil lainnya, yang berhubungan dengan kegiatan bimbingan
4.        Mengadakan peneltian lanjutan terhadap siswa-siswa yang telah meninggalkan sekolah.
Tujuan bimbingan dan konseling dalam Islam secara rinci dapat disebutkan sebagai berikut :
1.        Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, kesehatan dan kebersihan jiwa dan mental, jiwa menjadi tenang, jinak dan damai (mutmainnah), bersikap lapang dada (radhiyah), dan mendapatkan pencerahan taufik dan hidayah Tuhannya (mardhiyah).
2.        Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, dan kesopanan tingkah laku yang dapat memberikan manfaat, baik pada diri sendiri, lingkungan keluarga, lingkungan kerja, maupun lingkungan sosial dan alam sekitarnya.
3.        Untuk menghasilkan kecerdasan rasa (emosi) pada individu sehingga muncul dan berkembang rasa toleransi, kesetiakawanan, tolong menolong dan rasa kasih sayang.
4.        Untuk menghasilkan kecerdasan spiritual pada diri individu sehingga muncul dan berkembang rasa keinginan untuk berbuat taat kepada Tuhannnya, ketulusan mematuhi segala perintah-Nya, serta ketabahan menerima ujian-Nya.

K. Syarat Program Bimbingan di Sekolah
Syarat Program Bimbingan adalah :
1.    Program bimbingan itu hendaknya dikembangkan secara berangsur-angsur atau tahap dengan melibatkan semua staf sekolah dalam perencanaannya.
2.    Program bimbingan itu harus memiliki tujuan yang ideal dan realistis dalam perencanaannya.
3.    Program bimbingan itu harus mencerminkan komunikasi yang kontiyu antara semua anggota staf sekolah yang bersangkutan.
4.    Program bimbingan itu harus menyediakan atau memiliki fasilitas yang diperlukan.
5.    Program bimbingan itu harus disusun sesuai program pendidikan dan pengajaran di sekolah yang bersangkutan.
6.    Program bimbingan harus memberikan pelayanan kepada semua murid.
7.    Program bimbingan harus menunjukan peranan yang penting dalam menghubungkan sekolah dengan masyarakat.
8.    Program bimbingan harus memberikan kesempatan untuk melaksanakan penilaian terhadap diri sendiri.
9.    Program bimbingan harus menjamin keseimbangan pelayanan bimbingan dalam hal:
a.       Pelayanan kelompok dan individual
b.      Pelayanan yang diberikan oleh berbagai jenis petugas bimbingan
c.       Studi individual dan penyuluhan individual
d.      Penggunaan alat pengukur atau teknik alat pengumpul data yang obyektif dan subyektif
e.       Pemberian jenis-jenis bimbingan
f.       Pemberian penyuluhan secara mum dan penyuluhan khusus
g.      Pemberian bimbingan tentang berbagai program sekolah
h.      Penggunaan sumber-sumber di dalam sekolah dan di luar sekolah yang bersangkutan
i.        Kebutuhan individual dan kebutuhan masyarakat.
j.        Kesempatan untuk berfikir, merasakan dan berbuat.

L.  Syarat Bagi Seorang Pembimbing di Sekolah
Syarat-syarat yang dituntut bagi seorang pembimbing di sekolah menurut Arifin dan Eti Kartikawati (1994/1995)  menyatakan bahwa petugas bimbingan dan konseling di sekolah (termasuk madrasah) dipilih atas dasar beberapa kualifikasi yaitu :
1.    Syarat yang Berkenaan dengan Kepribadian
Seorang guru pembimbing atau konselor harus memiliki kepribadian yang baik. Pelayanan bimbingan dan konseling berkaitan dengan pembentukan perilaku dan kepribadian klien akan efektif apabila dilakukan oleh seorang pembimbing yang memiliki kepribadian yang baik pula.
2.    Syarat yang Berkenaan dengan Pendidikan
Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan pekerjaan profesional. Setiap pekerjaan profesional menuntut persyaratan-persyaratan tertentu antara lain pendidikan. Seorang guru pembimbing atau konselor selayaknya memiliki pendidikan profesi, yaitu jurusan bimbingan konseling Strata Satu (S1), S2 maupun S3. Atau sekurang-kurangnya pernah mengikuti pendidikan dan pelatihan tentang bimbingan dan konseling.
3.      Syarat yang berkenaan dengan Pengalaman
Pengalaman memberikan pelayanan bimbingan dan konseling berkontribusi terhadap keluasan wawasan pembimbing atau konselor yang bersangkutan. Syarat pengalaman bagi calon guru BK setidaknya pernah diperoleh melalui praktik mikro konseling dan praktek Pengalaman Lapangan (PPL) bimbingan dan konseling. Setidaknya calon guru BK di sekolah dan madrasah pernah berpengalaman memberikan pelayanan bimbingan dan konseling kepada para siswa.
4.      Syarat yang berkenaan dengan kemampuan
Kepemilikan kemampuan atau kompetensi dan keterampilan oleh gurur pembimbing atau konselor merupakan suatu keniscayaan. Tanpa kepemilikan kemampuan (kompetensi) dan keterampilan, tidak mungkin guru pembimbing atau konselor dapat melaksanakan tugas dengan baik. Dalam pendapat lain dijelaskan bahwa persyaratan supaya seorang pembimbing dapat menjalankan pekerjaannya dengan sebaik-baiknya, maka pembimbing harus memenuhi syarat-syarat tertentu, dalam bukunya Bimbingan dan Konseling (studi dan karir) Prof. Dr. Bimo Walgito Menjelaskan, yaitu :
1.      Seorang pembimbing harus mempunyai pengetahuan yang cukup luas, baik segi teori maupun praktik. Segi teori merupakan hal yang penting karena segi inilah yang menjadi landasan di dalam praktik. Praktik tanpa teori merupakan praktik yang ngawur. Segi praktik adalah perlu dan penting, karena bimbingan dan konseling merupakan applied science, ilmu yang harus diterapkan dalam praktik sehari-hari, sehingga seorang pembimbing akan canggung apabila ia hanya menguasai teori saja tanpa memiliki kecakapan didalam praktik.
2.      Di dalam segi psikologis, seorang pembimbing akan dapat  mengambil tindakan yang bijaksana jika pembimbing telah cukup dewasa secara psikologis, yaitu adanya kemantapan atau kestabilan di dalam psikisnya, terutama dalam segi emosi.
3.      Seorang pembimbing harus sehat jasmani maupun psikisnya, apabila jasmani dan psikis tidak sehat, maka hal itu akan mengganggu di dalam menjalankan tugasnya.
4.      Seorang pembimbing harus mempunyai kecintaan terhadap pekerjaannya dan juga terhadap anak atau individu yang dihadapinya. Sikap ini akan menimbulkan kepercayaan pada anak. Tanpa adanya kepercayaan dari anak maka tidaklah mungkin pembimbing dapat menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya.
5.      Seorang pembimbing harus mempunyai inisiatif yang baik sehingga dapat diharapkan usaha bimbingan dan konseling berkembang ke arah keadaan yang lebih sempurna demi untuk kemajuan sekolah.
6.      Karena bidang gerak dari pembimbing tidak terbatas pada sekolah saja, maka seorang pembimbing harus supel, ramah tamah, sopan santun di dalam segala perbuatannya, sehingga pembimbing dapat bekerja sama dan memberikan bantuan secukupnya untuk kepentingan anak-anak.
7.      Seorang pembimbing diharapkan mempunyai sifat-sifat yang dapat menjalankan prinsip-prinsip serta kode etik bimbingan dan konseling dengan sebaik-baiknya.

M.     Prinsip-prinsip Program Bimbingan di Sekolah
Pelayanan BK secara resmi memang ada di sekolah tetapi keberadaannya belum optimal. Dalam hal ini, Belkin (dalam Prayitno 1994) seperti terungkap dalam tulisan Wawan Junaidi (009), menegaskan bahwa untuk menumbuhkembangkan pelayanan BK di sekolah, ada prinsip-prinsip yang harus dipenuhi, yaitu sebagai berikut :
1.      Sasaran layanan :
a.       melayani semua individu tanpa memandang usia, jenis kelamin, suku, agama dan status sosial.
b.      Memerhatikan.
c.        tahapan perkembanganmemerhatikan adanya perbedaan individu dalam layanan.
2.      Berkenaan dengan permasalahan yang dialami individu :
a.       menyangkut pengaruh kondisi mental maupun fisik individu terhadap penyesuaian pengaruh lingkungan, baik di rumah, sekolah dan masyarakat sekitar.
b.      timbulnya masalah pada individu karena adanya kesenjangan sosial, ekonomi, dan budaya.
3.      Program pelayanan bimbingan dan konseling :
a.    bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari pendidikan dan pengambangan individu, sehingga program bimbingan konseling diselaraskan dengan program pendidikan dan pengembangan diri peserta didik.
b.    program bimbingan dan konseling harus fleksibel dan disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik maupun lingkungan.
c.    program bimbingan dan konseling disusun dengan mempertimbangkan adanya tahap perkembangan individu.
d.   program pelayanan bimbingan dan konseling perlu diberikan penilaian hasil layanan.
4.      Berkenaan dengan tujuan dan pelaksanaan pelayanan :
a.       pelayanan diarahkan untuk pengembangan individu yang akhirnya mampu secara mandiri membimbing diri sendiri.
b.      pengambilan keputusan yang diambil oleh individu hendaknya atas kemauan diri sendiri.
c.       permasalahan individu dilayani oleh tenaga ahli/profesional yang relevan dengan permasalahan individu.
d.      perlu ada kerja sama dengan personal sekolah dan orangtuan dan bila perlu dengan  berwenang dalam permasalahan individu.
e.       proses pelayanan bimbingan konseling melibatkan individu yang telah sil pengukuran dan penilaian layanan.
Dengan demikian, prinsip bimbingan dan konseling di sekolah adalah membantu dan melayani dengan sepenuhnya para perserta didik agar tidak tertinggal dari aspek belajar dari teman-teman sekelasnya, dan juga agar bergaul sejajar dengan mereka dengan tidak dikecualikan sama sekali.


BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil observasi yang di lakukan di MTs Sudirman Truko terkait Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling yaitu :
1.    Pelaksanaan Program BK di MTs Sudirman Truko
Bimbingan dan Konseling yaitu bimbingan kepada individu yang bertujuan untuk membantu individu dalam mengatasi masalah masalah dalam belajar. Pengertian itu sama seperti yag di ketahui banyak orang, tetapi yang menjadi permasalahan terkait pengertian Bimbingan  dan Konseling yaitu persepsi atau pandangan siswa terhadap BK itu masih memandang dengan satu sisinya saja, yaitu hanya untuk siswa yang bermasalah saja. Masih sedikit sekali siswa yang menganggap bahwa BK yang ada di sekolah merupakan suatu program bimbingan yang ditujukan kepada seluruh siswa yang ada di sekolah tanpa terkecuali. Hanya 10% siswa yang menyadari hal tersebut. Sangat sulit untuk  mengubah persepsi peserta didik terhadap pengertian serta pandangan BK. Karena guru BK selalu muncul disaat ada siswa yang bermasalah. Pelaksanaa program BK di MTs Sudirman Truko ini sudah cukup bak, karena masalah-masalah yang muncul pasti dapat terselesaikan dengan baik. Karena masalah-masalah yang timbul masih bersifat ringan sehingga penangananny pun lebih mudah. Karena MTs Sudirman Truko ini berada di daerah pedesaan sehingga siswa belum mengenal kenakalan-kenakalan remaja seperti yang terjadi di daerah perkotaan seperti tawuran, mabuk-mabukan, selalu membuat gaduh dll.

2.    Pera Tenaga Pendidik Terhadap Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di MTs Sudirman Truko
Secara operasional, pelaksana utama  layanan bimbingan dan konseling di sekolah adalah para guru pembimbing atau konselor sekolah di bawah koordinasi seorang koordinator bimbingan dan konseling. Namun, bimbingan dan konseling di sekolah yang oleh banyak pakar dikatakan sebagai team work (Shetzer dan Stone, 1985) dalam penyelenggaraannya mau tidak mau akan melibatkan personil sekolah lainnya agar lebih berperan sesuai batas-batas kewenangan dan tanggung jawabnya. Personil yang dimaksud antara lain :
1.    Kepala Sekolah
Sebgai penanggung jawab kegiatan pendidikan di sekolah, tugas kepala sekolah adalah:
j.        Mengkoordinasikan seluruh kegiatan pendidikan, yang meliputi kegiatan pengajaran, pelatihan, dan bimbingan dan konseling di sekolah.
k.      Menyediakan dan melengkapi sarana dan prasarana yang diperlukan dalam kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah.
l.        Memberikan kemudahan bagi terlaksananya program bimbingan dan konseling di sekolah.
m.    Melakukan supervisi terhadap pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah.
n.      Menetapkan koordinator guru pembimbing yang tanggung jawab atas koordinasi pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah berdasarkan kesepakatan bersama guru pembimbing (konselor).
o.      Membuat surat tugas guru pembimbing dalam proses bimbingan dan konseling pada setiap awal semester.
p.      Menyiapkan surat pernyataan melakukan kegiatan bimbingan dan konseling sebagai bahan usulan angka kredit bagi guru pembimbing (konselor).
q.      Mengadakan kerjasama dengan instansi lain yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling.
r.        Melaksanakan layanan bimbingan dan konseling terhadap minimal 40 siswa bagi kepala sekolah yang berlatar belakang pendidikan bimbingan dan konseling.
2.    Wakil Kepala Sekolah
Wakil kepala sekolah bertugas membantu kepala sekolah dalam hal :
d.   Mengkoordinasikan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling kepada semua personil sekolah.
e.    Melaksanakan kebijakan pimpinan sekolah teritama dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling.
f.     Melaksanakan bimbingan dan konseling terhadap minimal 75 siswa, bagi wakil kepala sekolah yang berlatar belakang penidikan bimbingan dan konseling.
3.    Koordinator Guru Pembimbing (konselor)
Tugas koordinator guru pembimbing dapat dirinci sebagai berikut:
d.        Mengkoordinasikan para guru pembimbing (konselor) dalam :
7.      Memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling
8.      Menyusun program
9.      Melaksanakan program
10.  Mengadministrasikan keiatan bimbingan dan konseling
11.  Menilai program
12.  Mengadakan tindak lanjut.
e.         Membuat usulan kepada kepala sekolah dan mengusahakan terpenuhinya tenaga, sarana dan prasarana
f.         Mempertanggung jawabkan pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling kepada kepala sekolah.
4.    Guru Pembimbing (konselor)
Guru pembimbing atau konselor bertugas :
k.        Memasyarakatkan kegiatan bimbingan dan konseling
l.          Merencanakan program bimbingan dan konseling
m.      Melaksanakan persiapan kegiatan bimbingan dan konseling
n.        Melaksanakan layanan pada berbagai bidang bimbingan terhadap sejumlah siswa yang menjadi tanggung jawabnya
o.        Melaksanakan kegiatan pendukung layanan bimbingan dan konseling
p.        Mengevaluasi proses dan hasil kegiatan layanan bimbingan dan konseling
q.        Menganalisis hasil evaluasi
r.          Melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil analisis evaluasi
s.         Mengadministrasikan kegiatan bimbingan dan konseling
t.          Mempertangung jawabkan tugas dan kegiatan kepada koordinator guru pembimbing.
5.    Guru Mata Pelajaran
Guru mata pelajaran bertugas :
j.          Membantu memasyarakatkan layanan bimbingan konseling kepada para siswa.
k.        Melakukan kerjasama dengan guru pembimbing dalam mengidentifikasikan siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling.
l.          Mengalih tangankan siswa yang memerlukan bimbingan kepada guru pembimbing.
m.      Mengadakan upaya tindak lanjut layanan bimbingan (program perbaikan dan program pengayaan).
n.        Memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh layanan bimbingan dan konseling dari guru pembimbing.
o.        Membantu mengumpulkan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian layanan bimbingan; membantu mengumpulkan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian layanan bmbingan.
p.        Ikut serta dalam program layanan bimbingan.
q.        Berpartisipasi dalam kegiatan pendukung seperti konferensi kasus.
r.          Berpartisipasi dalam upaya pencegahan munculnya masalah siswa dalam pengembangan potensi.
6.         Wali Kelas
Sebagai mitra kerja guru pembimbing (konselor), wali kelas mempunyai tugas :
f.         Membantu guru pembimbing melaksanakan layanan yang menjadi tanggung jawabnya.
g.        Membnatu memberikan kesempatan dan kemudahan bagi siswa, khususnya di kelas yang menjadi tanggung jawabnya.
h.        Memberikan informasi tentang siswa di kelas yang mendaji tanggung jawabnya untuk memperoleh layanan bimbingan.
i.          Menginformasikan kepada guru mata pelajaran tentang siswa yang perlu diperhatikan khusus
j.          Ikut serta dalam konferensi kasus.
7.         Tata Usaha/ Administrasi
Staf tata usaha atau administrasi adalah personil yang bertugas :
e.         Membantu guru pembimbing dan koordinator dalam mengadministrasikan seluruh kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah.
f.         Membantu mempersiapkan seluruh kegiatan bimbingan dan konseling.
g.        Membantu menyiapkan sarana yang diperlukan dalam layanan bimbingan dan konseling.
h.        Membantu melengkapi dokumen tentang siswa seperti catatan kumulatif siswa.
Di MTs Sudirman Truko ini  tenaga pendidik mulai dari kepala sekolah, guru BK, guru mata pelajaran, wali kelas serta TU  belum sepenuhnya menjalanka tugasnya dalam membantu pelaksanaan program BK, hanya sebagian guru saja yang sudah menyadari akan pentingnya Bk sehingga perlu melakukan upaya-upaya agar program BK dapat terlaksanan sebaik mungkin, karena program BK juga dapat membantu siswa dalam belajar mengajar serta memberikan pengarahan kepada siswa serta memberikan solusi bagi siswa yang melakukan bimbingan.
Selain itu dalam kedudukannya sebagai personil pelaksana proses pembelajaran di sekolah, guru memiliki posisi yang strategis. Dibandingkan dengan guru pembimbing atau konselor., misalnya guru lebih sering berinteraksi dengan siswa secara langsung. Guru dapat mengamati secara rutin tentang perkembangan kepribadian siswa, kemajuan belajarnya, dan bukan tidak mungkin akan langsung berhadapan dengan permasalahan siswa.oleh karena itu tidak salah jika dalam pelayanan bimbingan dan konseling guru ditempatkan sebagai mitra kerja utama, di samping wali kelas. Apabila dirinci ada beberapa peranan yang dapat dilakukan oleh seorang guru ketika ia diminta mengambil bagian dalam penyelenggaraan program bimbingan dan konseling di sekolah. Yaitu  Guru sebagai Informator, seorang guru dalam kinerjanya dapat berperan yang dapat berperan sebagai informator, terutama berkaitan dengan tugasnya membantu guru pembimbing atau konselor dalam memasyarakatkan layanan bimbingan dan konseling kepada siswa pada umumnya. Melalui peranan ini guru dapat menginformasikan berbagai hal tentang layanan bimbingan dan konseling, tujuan, fungsi, dan manfaatnya bagi siswa. Guru sebagai Fasilitator, guru dapat berperan sebagai fasilisator terutama ketika dilangsungkan layanan pembelajaran baik itu yang bersifat preventif ataupun kuratif. Dibandingkan guru pembimbing, guru lebih memahami tentang keterampilan belajar yang perlu dikuasai siswa pada mata pelajaran yang diajarnya. Maka, pada saat siswa mengalami kesulitan belajar, guru dapat mernacang program perbaikan (remedial teaching) dengan mempertimbangkan tingkat kesulitan yang dialami dan menyesuaikan dengan gaya belajar siswa. Sebaliknya, bagi siswa yang pandai guru dapat memprogramkan tindak lanjut berupa kegiatan pengayaan (enrichment). Guru sebagai Mediator, dalam kedudukannya yang strategis,yakni berhadapan langsung dengan siswa, guru dapat berperan sebagai mediator antara siswa dengan guru pembimbing. Hal itu tampak misalnya pada saat seorang guru diminta untuk melakukan kegiatan identifikasi siswa yang memerlukan bimbingan dan konseling kepada guru pembimbing atau konselor sekolah. Guru sebagai Motivator, dalam peranan ini, guru dapat berperan sebagai pemberi motivasi siswa dalam memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling di sekolah, sekaligus memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh layanan konseling, misalnya pada saat siswa seharusnya mengikuti pelajaran di kelas. Tanpa kerelaan guru dalam memberi kesempatan kepada siswa menerima layanan, layanan konseling perorangan akan sulit terlaksana mengingat terbatasnya jam khusus bimbingan pada sekolah-sekolah kita. Dan guru sebagai Kolaborator, sebagai mitra seprofesi yakni sama-sama sebagai tenaga pendidik di    sekolah, guru dapat berperan sebagai kolaborator konselor di sekolah, misalnya dalam penyelenggaraan berbagai jenis layanan orientasi informasi, layanan pembelajaran atau dalam pelaksanaan kegiatan pendukung seperti konferensi kasus, himpunan data dan kegiatan lainnya yang relevan.

3.    Kendala-kendala yang dihadapi dalam Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di MTs Sudirman Truko
Dalam pelaksanaan  Bimbingan dan Konseling di  MTs Sudirman Truko ini masih banyak mengalami kendala-kendala. Terutama sarana dan prasarananya karena belum ada ruangan khusus untuk BK jadi jika ada siswa yang ingin menghadap untuk melakukan bimbingan merasa kurang nyaman karena masih berada di ruang guru, selain itu guru BK sendiri memang bukan ahlinya dalam bidang BK. Tetapi sudah mememiliki kemampuan dalam mengelola BK.  Karena pihak sekolah masih kekurangan dana untuk merekrut guru BK yang memang bidangnya.
Karena guru BK tidak hanya fokus ke BK saja tetapi juga terhadap mata pelajaran yang diampunya. Jadi belum sepenuhnya bisa mengenali karakter-karaker seluruh siswa. Sehingga dalam proses penanganan BK masih perlu informasi dari berbagai pihak yang bersangkutan ataupun yang bisa membantunya.
BAB V
PENUTUP

A.  Simpulan Hasil Analisis dan Pembahasan
Persepsi atau pandangan siswa terhadap BK itu masih memandang dengan satu sisinya saja, yaitu hanya untuk siswa yang bermasalah saja. Masih sedikit sekali siswa yang menganggap bahwa BK yang ada di sekolah merupakan suatu program bimbingan yang ditujukan kepada seluruh siswa yang ada di sekolah tanpa terkecuali. Hanya 10% siswa yang menyadari hal tersebut. Sangat sulit untuk  mengubah persepsi peserta didik terhadap pengertian serta pandangan BK. Karena guru BK selalu muncul disaat ada siswa yang bermasalah. Pelaksanaa program BK di MTs Sudirman Truko ini sudah cukup bak, karena masalah-masalah yang muncul pasti dapat terselesaikan dengan baik. Karena masalah-masalah yang timbul masih bersifat ringan sehingga penangananny pun lebih mudah. Karena MTs Sudirman Truko ini berada di daerah pedesaan sehingga siswa belum mengenal kenakalan-kenakalan remaja seperti yang terjadi di daerah perkotaan seperti tawuran, mabuk-mabukan, selalu membuat gaduh dll.
Di MTs Sudirman Truko ini  tenaga pendidik mulai dari kepala sekolah, guru BK, guru mata pelajaran, wali kelas serta TU  belum sepenuhnya menjalanka tugasnya dalam membantu pelaksanaan program BK, hanya sebagian guru saja yang sudah menyadari akan pentingnya Bk sehingga perlu melakukan upaya-upaya agar program BK dapat terlaksanan sebaik mungkin, karena program BK juga dapat membantu siswa dalam belajar mengajar serta memberikan pengarahan kepada siswa serta memberikan solusi bagi siswa yang melakukan bimbingan. Selain itu dalam kedudukannya sebagai personil pelaksana proses pembelajaran di sekolah, guru memiliki posisi yang strategis. Dibandingkan dengan guru pembimbing atau konselor.
Dalam pelaksanaan  Bimbingan dan Konseling di  MTs Sudirman Truko ini masih banyak mengalami kendala-kendala. Terutama sarana dan prasarananya karena belum ada ruangan khusus untuk BK jadi jika ada siswa yang ingin menghadap untuk melakukan bimbingan merasa kurang nyaman karena masih berada di ruang guru, selain itu guru BK sendiri memang bukan ahlinya dalam bidang BK. Tetapi sudah mememiliki kemampuan dalam mengelola BK.  Karena pihak sekolah masih kekurangan dana untuk merekrut guru BK yang memang bidangnya

B.  Rekomendasi Berdasarkan Simpulan
Dari simpulan di atas seharusnya dilakukan sosialisasi tentang peran bimbingan dan konseling di sekolah agar siswa di SMK Negeri 7 Semarang tidak salah persepsi mengenai fungsi dan peran BK di sekolah sehingga siswa dapat melakukan bimbimngan dengan sukarela. Dalam hal ini wali kelas juga penting untuk melakukan bimbingan rutin kepada kelasnya masing – masing agar siswanya tidak terlalu banyak melakukan kesalahan yang sama. Bimbingan dengan siswanya tidak harus di kelas melainkan dapat dilakukan melalui  obrolan santai, dengan begitu siswa lebih terbuka dan mudah untuk mengutarakan perasaan yang sedang dialaminya. Dan pihak sekolah sebaiknya segera merekrut guru BK yang sesusi di bidangnya serta membangun ruangan khusus untuk BK agar pelaksanaan program BK di MTs Sudirman Truko semaikin baik.

DAFTAR PUSTAKA

Mugiarso, Heru. 2012. Bimbingan & Konseling. Semarang : Pusat Pengembangan MKU & MKDK LP3 UNNES.

Nurihsan, Ahmad J. 2010. Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan.

Gibson, Robert L., dan Marianne H. Mitchell. 2012. Bimbingan dan Konseling

Comments

Popular posts from this blog

CONTOH LAPORAN OBSERVASI MANAJEMEN SEKOLAH

Pengertian Astragatra dan Aspek Aspeknya